TEORI
BEHAVIORISME & CONTOH PEMBUATAN RPP
Oleh
: Riska Hardiani (1113018200056)
Manajemen
Pendidikan Semester 2-B
A.
Latar Belakang
Menurut teori
behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan
perubahan tingkah lakunya.[1] Menurut teori ini yang
terpenting adalah masukan atau input yang
berupa stimulus dan keluaran atau output yang
berupa respons. Jadi pada teori behaviorisme ini tingkah laku belajar akan
berubah apabila ada stimulus dan juga respon, stimulus itu bisa berupa
perlakuan yang diberikan kepada siswa, sedangkan respon adalah tingkah laku
yang terjadi pada siswa.
Alasan memilih
teori behaviorisme ini adalah karena teori ini dapat membiasakan guru untuk
bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar, lalu teori
behaviorisme ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus
dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung
seperti diberi sesuatu atau pujian. Teori behavioristik ini sangat cocok untuk
memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung
unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan,
dan sebagainya, misalnya seperti penerapan bahasa asing, olahraga, dan
lain-lain. Maka dari itulah saya memilih teori behaviorisme.
B. Tujuan Penulisan
·
Aspek Kognitif
Mahasiswa mampu menjelaskan dan menguraikan
tentang teori behaviorisme (C2)
·
Aspek Afektif
Mahasiswa mau membangun stimulus
dan menerima respon dengan baik agar dapat terbentuknya suatu keefektifan dan
keharmonisan dalam kegiatan sehari-hari.(A4)
·
Aspek Psikomotorik
Mahasiswa mampu menerapkan teori
behaviorisme pada pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas.(P2)
C. Teori
1. Pengertian
Teori behaviorisme adalah
teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati, dan dihasilkan oleh
respon pelajar terhadap rangsangan. Kata behaviorisme berasal dari bahas
inggris yaitu “behavior” artinya tingkah laku, reaksi total. Kemudian diberi
akhiran “isme”, menjadi behaviorisme yang berarti aliran dalam psikologi yang
objek penelitiannya adalah sesuatu yang dapat diindera yaitu perilaku yang
tampak atau yang dapat diobservasi.
Behaviorisme merupakan
salah satu pendekatan di dalam psikologi pendidikan yang didasari keyakinan
bahwa anak dapat dibentuk sesuai dengan apa yang diinginkan orang yang mebentuknya[2]. Teori behaviorisme lebih
menekankan pada tingkah laku manusia, teori behaviorisme ini memandang individu
sebagai makhluk yang reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan, lalu
pengalaman dan pemeliharaanlah yang akan membentuk perilaku mereka.
2. Tokoh-Tokoh dan
Pokok-Pokok Teori Behaviorisme
a. Edward L.
Thorndike (1874-1949)
Edward L. Thorndike
menemukan teori connectionism, menurut thorndike, seluruh kegiatan
belajar adalah didasarkan pada jaringan asosiasi atau hubungan (bonds) yang
dubentuk anatara stimulus dan respon. Teori ini juga bisa disebut S-R bond
theory atau S-R psychology of learning[3].
Dalam
eksperimennya Thorndike menggunakan seekor kucing yang dikurung didalam kandang
yang dilengkapi dengan sebuah tombol yang apabila tertekan akan otomatis
terbuka, diluar kandang diletakkan makanan kucing (Lihat gambar 1.1 by
wadira358.blogspot.com), lalu kucing berusaha mengambil makanan itu dengan
melompat-lompat ke berbagai arah didalam kandang tersebut dan dengan tidak
sengaja dia menekan tombol dan pintunya pun otomatis terbuka. Dari hasil
eksperimennya itu Thorndike menemukan hukum-hukum belajar yaitu:
-
Law of readiness, artinya
bahwa belajar akan terjadi bila ada ksiapan dari individu. Thorndike percaya
bahwa kesiapan adalah kondisi belajar yang penting karena kepuasan/frustasi
bergantung pada kondisi kesiapan individu
-
Law of exercise, artinya
bahwa hubungan antara stimulus dengan respon akan semakin bertambah erat
apabila sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak
dilatih.
-
Law of effect, artinya
bahwa jika sebuah respon menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan
stimulus-respon akan semakin kuat, begitupun sebaliknya, semakin tidak
memuaskan efek yang dicapai respon, maka semakin lemah pula hubungan yang
terjadi antara stimulus-respon.
b. Ivan Pavlov
(1849-1936)
Pavlov menemukan teori
classical conditioning atau pengkondisian lingkungan secara klasik, yaitu
individu dapat dikendalikan dengan cara mengganti stimulus alami dengan
stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulang respon yang diinginkan,
sementara individu tidak menyadari bahwa dia dikendalikan oleh stimulus yang
berasal dari luar dirinya.
Pavlov mengadakan eksperimen yang dilakukan terhadap seekor anjing. Pertama, anjing dioperasi
pada salah satu kelenjar air liurnya diberi alat penampung sehingga air liurnya
dapat dilihat. Sebelum penelitian anjing selalu mengeluarkan air liur setiap
kali melihat makanan, namun ketika mendengar bunyi bel air liur tidak keluar.
Lalu dilakukan pembiasaan mendengar bunyi bel bersama dengan pemberian makanan
berupa daging, dan hasilnya anjing akan mengeluarkan air liur meskipun hanya
mendengar bunyi bel (Lihat Gambar 1.2 by Kelassoftskill.com). Berdasarkan
eksperimen tersebut Pavlov menghasilkan hukum-hukum belajar yaitu:
-
Law of respondent
conditioning, artinya hokum pembiasaan yang dituntut, yakni jika dua macam
stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforser) maka reflex dan stimulus lainnya akan meningkat.
-
Law of respondent
extinction, artinya hokum pemusnahan yang dituntut yakni jika reflex yang sudah
diperkuat melalui respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforser, maka kekuatannya akan menurun.[4]
c. B.F. Skinner
(1904-1990)
B. F Skinner menemukan teori operant
conditioning, yaitu bahwa makhluk hidup yaitu mahasiswa dan hewan selalu berada
dalam proses operating (melakukan sesuatu) terhadap lingkungannya[5]. Skinner melakukan
eksperimen terhadap tikus dan juga burung merpati dan menghasilkan hokum-hukum
belajar yaitu:
-
Law of operant
conditioning, artinya jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat
maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat
-
Law of operant extinction,
artinya jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses
conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat maka perilaku tersebut akan
menurun bahkan musnah[6].
D. Ayat Al-Qur’an tentang Teori Behaviorisme
Artinya
: “bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S Ar-Ra’d:11)
Hubungan antara surat Ar-Ra’d
ayat 11 dengan teori behaviorisme adalah aliran behaviorisme mempelajari terbentuknya perilaku manusia
berdasarkan konsep stimulus dan respon, yang berarti perilaku manusia sangat
terkondisi oleh lingkungan. Satu – satunya motivasi yang mendorong manusia
bertingkah laku adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. Konsep ini
mengisyaratkan bahwa ketika manusia dilahirkan, ia tidak membawa bakat apa –
apa dan mengingkari potensi alami manusia.
Aliran behaviorisme menolak determinan perilaku
manusia, karena manusia berkembang atas dasar stimulasi dari lingkungannya. Pandangan ini beranggapan bahwa
manusia tidak memiliki kesempatan untuk menentukan dirinya sendiri, oleh karena
itu aliran ini memiliki kecenderungan untuk mereduksi manusia. Artinya, manusia
tidak memiliki jiwa kemauan dan kebebeasan untuk menentukan pilihannya
sendiri.Dalam hal ini kiranya perlu dipertimbangkan bahwa manusia sebagai
makhluk hedonis, padahal manusia juga memiliki kehendak untuk mengabdi pada
Tuhannya dengan tulus ikhlas dan penuh kesadaran. Pandangan ini mengangkat
derajat manusia ke tempat yang teramat tinggi. Ia seakan-akan pemilik akal budi
yang hebat serta kebebebasan penuh untuk berbuat sesuatu yang dianggap baik dan
sesuai dengan dirinya. Kaidah dan
hukum belajar ini dapat dianggap sebagai keunggulan dari aliran behaviorisme
dalam menelaah konsep manusia yang dikaitkan dengan dengan salah satu fenomena
sunnatullah, yaitu bahwa manusia dapat mengubah nasib dirinya sendiri.[7]
E. Analisis Teori Behaviorisme
Menurut teori belajar behaviorisme seseorang dikatakan
belajar apabila terjadinya perubahan perilaku pada dirinya. Di dalam teori ini ada
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah
segala yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik, sedangkan respon
adalah suatu reaksi atau tanggapan si peserta didik terhadap stimulus yang
diberikan oleh pendidik. Teori behaviorisme ini menggunakan pengukuran sebagai
hal yang utama, sebab pengukuran adalah hal yang penting untuk dapat melihat
apakah sudah terjadi atau belum terjadi perubahan tingkah laku tersebut.
Misalnya, seorang guru
mengajari siswanya membaca, di dalam proses pembelajaran itu guru dan siswa
benar-benar dalam situasi belajar yang diinginkan, walaupun pada akhirnya hasil
yang dicapai belum maksimal. Namun, jika terjadi perubahan terhadap siswa yang
awalnya tidak bisa membaca menjadi bisa membaca tetapi masih terbata-bata, maka
perubahan inilah yang dimaksud dengan belajar. Ada contoh lain misalnya, seorang
anak yang belum bisa berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat, dan
gurunya pun sudah mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak tersebut belum
dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar.
Karena ia belum dapat menunjukkan perilaku sebagai hasil dari belajar.
Kelebihan atau kekuatan
yang ada pada teori behaviorisme ini adalah teori ini membutuhkan kemahiran
lisan daripada kemahiran-kemahiran yang lain, guru-guru menyusun bahan
pengajaran dari mudah ke susah sehingga anak diajarkan secara perlahan-lahan
dari yang awalnya dia tidak tahu menjadi tahu serta pembelajarannya dilakukan
secara bertahap sehingga tidak membuat para peserta didik bingung, guru
memberikan reward atau hadiah atau pujian jika ada seorang anak yang sudah
terlihat perubahan tingkah lakunya sehingga dapat menyebabkan anak termotivasi
untuk terus berubah dan merasa dihargai, membiasakan guru untuk bersikap jeli
dan peka terhadap situasi dan kondisi belajar.
Meskipun begitu teori ini
juga memiliki kekurangan yaitu teori behavioristic ini tidak mampu menjelaskan
situasi belajar yang kompleks, kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat
emosi dan berpikir pembelajar[8]. Lalu proses belajar
dipandang bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti mesin atau robot,
padahal manusia mempunyai kemampuan self control yang bersifat kognitif,
sehingga, dengan kemampuan ini, manusia mampu menolak kebiasaan yang tidak sesuai
dengan dirinya. Dan juga proses belajar manusia yang dianalogikan dengan hewan
sangat sulit diterima, mengingat ada perbedaan yang cukup mencolok antara hewan
dan manusia.[9]
F. Contoh
Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SD
Kelas/Semester :
V/2
Mata Pelajaran :
Ilmu Pengetahuan Sosial
Topik : Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Alokasi Waktu :
1 x 40 menit
A. Standar Kompetensi
Memahami dan
menghargai jasa serta peranan tokoh
perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
B. Kompetensi Inti (PB 10: Perkembangan Nilai, Moral dan Sikap)
·
KI 1 :
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama sesuai
dengan agama yang dianutnya.
·
KI 2 :
Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin,
tanggng jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama,
cinta damai, responsif, dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
·
KI 3 :
Memahami dan
menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan keajaiban, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
·
KI 4 :
Mengolah, menalar, dan
menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari apa
yang di pelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode
sesuai kaidah keilmuan.
C. Kompetensi Dasar
Menghargai Jasa dan
peranan tokoh pejuang dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
D. Indikator Pencapaian Kompetensi
Setelah mempelajari
materi ini siswa diharapkan mampu :
1.)
Kognitif (PB 8 : Perkembangan
kognitif)
Kemampuan kognitif
berkembang secara bertahap dan sejalan dengan perkembangan fisik dan
perkembangan saraf-saraf yang berada di dalam sususan saraf pusat atau otak.
Pada perkembangan kognitif ini anak memiliki kemampuan untuk menentukan urutan
objek menurut ukuran, memahami hubungan-hubungan logis dan mampu memberikan perhatian
pada aspek yang perlu diperhatikannya.
Siswa diharapkan mampu :
a.
Menjelaskan jasa dan peranan tokoh yang terlibat dalam proklamasi
kemerdekaan Indonesia. (C2)
b.
Menyebutkan tokoh yang terlibat dalam proklamasi kemerdekaan
Indonesia.(C1)
c.
Menjelaskan bagaimana usaha yang dilakukan para pejuang dalam
rangka mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.(C2)
d.
Menjelaskan bagaimana
peristiwa pembacaan teks proklamasi.(C2)
e.
Menjelaskan bagaimana
dan melalui media apa proklamasi kemerdekaan Indonesia disebarluaskan.(C2)
2.)
Afektif (PB 9: Perkembangan konsep diri dan emosi)
Perkembangan Konsep diri adalah cara pandang
secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki,
perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan di sekitarnya.
Siswa diharapkan mampu mengidentifikasi konsep dirinya dan dikembangkan melalui
emosi yang dimilikinya.
Siswa diharapkan mau:
Menunjukkan sikap menghargai jasa
para tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan
Indonesia.
3.) Psikomotorik (PB 3:
Perkembangan Psikomotorik)
Perkembangan psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar yang
pencapainnya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan
fisik. Perkembangan fisik dan psikomotorik sangat
berpengaruh terhadap tingkah laku individu,
pada masa ini keterampilan anak dibagi menjadi keterampilan menolong diri
sendiri, orang lain, keterampilan disekolah dan keterampilan bermain.
Siswa diharapkan mau:
Menerapkan sifat nasionalisme dan
patriotisme dari para tokoh-tokoh proklamator didalam kehidupan sehari-hari.
4.) Karakter (PB 10: Perkembangan
nilai, moral dan sikap)
Nilai, moral dan sikap adalah sesuatu yang harus
ditanamkan dengan baik sejak kecil, hubungan diantara ketiganya jika sudah
menyatu maka seseorang akan mampu mengembangkan perilakunya dengan baik,
sikapnya cenderung didasarkan atas nilai-nilai luhur dan aturan moral tertentu
sehingga akan terwujud dalam perilaku yang bermoral
Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan memiliki karakter Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence
) , Jujur ( fairnes ) dan Ketelitian ( carefulness).
E. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat
mengidentifikasikan beberapa tokoh yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
2. Siswa dapat menjelaskan
bagaimana proses terjadinya proklamasi kemerdekaan Indonesia.
3. Siswa dapat menghargai
jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
F. Materi Pembelajaran
1. Para tokoh yang terlibat
dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia beserta peran-perannya :
No.
|
Nama Tokoh
|
Peran
|
1.
|
Chaerul Saleh.
|
Pimpinan rapat pemuda
di Pegangsaan Timur.
|
2
|
Darwis dan Wikana.
|
Merupakan utusan untuk
menyampaikan keputusan rapat pemuda kepada Soekarno-Hatta.
|
3.
|
Singgih, Sukarni, dan
Yusuf Kunto.
|
Membawa Soekarno-Hatta
ke Rengasdengklok.
|
4.
|
Shudancho Subeno.
|
Komandan kompi tentara
Peta di Rengasdengklok.
|
5.
|
Ahmda Subardjo.
|
Tokoh golongan tua
yang menjemput Soekarno-Hatta untuk kembali ke Jakarta.
|
6.
|
Laksamana Maeda.
|
Angkatan laut Jepang
yang bersimpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Ia menyediakan tempat
perumusan teks proklamasi.
|
7.
|
Soekarno, Moh. Hatta,
dan Ahmad Subardjo.
|
Perumusan naskah
proklamasi.
|
8.
|
Sukarni, Sayuti Melik,
B.M. Diah, dan Sudiro.
|
Tokoh pemuda yang
menyaksikan perumusan teks proklamasi.
|
9.
|
Sayoeti Melik.
|
Pengetik naskah proklamasi.
|
10.
|
Sukarni.
|
Pengusul yang
menandatangani teks Proklamasi Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia.
|
11.
|
Ibu Fatmawati.
|
Pembuat bendera Merah
Putih yang dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
|
12.
|
Suhud dan Latif
Hendradiningrat.
|
Pengibar bendera Merah
Putih.
|
13.
|
Soekarno-Hatta.
|
Proklamator
Kemerdekaan Republik Indonesia.
|
2.
Cara penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia :
a.
Siaran Radio Hoso
Kanriyoko (sekarang RRI) oleh Yusufranodipuro,
b.
Sejak Th 1946 RRI
Yogyakarta berhasil menyiarkan berita Proklamasi berbahasa Inggris yaitu The Voice
of Freedom Indonesia oleh Molly Warner (Orang Australia yg simpati pd Indonesia)
c.
Kantor berita Domei
(sekarang bernama Kantor berita Antara) oleh Syahrudin, F.Wuz, Adam Malik,
dkk
d.
Melalu media cetak
spt Harian Suara Asia (Surabaya) yg merupakan koran pertama Indonesia, Balai Pustaka oleh Suparjo, Percetakan
Asia Raya oleh BM.Diah, dsb
e.
Melalui pemasangan
Plakat, poster & coretan di tembok.
f.
Melalui utusan PPKI
ke berbagai daerah
G. Model/Metode Pembelajaran
1.
Role Playing/bermain peran
Dilakukan dengan cara siswa dibentuk
menjadi beberapa kelompok, lalu di dalam setiap kelompok masing-masing siswa
harus berperan menjadi salah satu tokoh proklamasi kemerdekaan Indonesia dan
mengisahkan/mendemonstrasikan tentang bagaimana peristiwa yang terjadi di sekitar
proklamasi dalam sebuah drama pendek yang dipentaskan didepan kelas.
Anak mulai menyesuaikan
diri dengan realita konkrit dan berkembang rasa ingin tahu, anak juga sudah
mampu mengimajinasikan sesuatu, meskipun masih membutuhkan bantuan objek
konkrit. Dalam metode pembelajaran model role playing bisa digunakan untuk
mengembangkan kreativitas si anak. (PB 10: Perkembangan Kreativitas)
2.
Menonton film seputar peristiwa
proklamasi kemerdekaan Indonesia
3.
Kegiatan pembelajaran di luar ruang
kelas/outdoor
Mengadakan kunjungan
atau observasi ke museum perumusan naskah Proklamasi di Jakarta Pusat dan
museum lain yang mengisahkan tentang peristiwa seputar proklamasi.
Jenuh adalah suatu
kondisi dimana seseorang merasa bosan, lelah dan tidak bergairah terhadap
kegiatan proses belajar yang sedang ia lakukan. Cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasi jenuh dalam belajar materi Proklamasi Kemerdekaan ini yaitu bisa
dengan mengadakan kegiatan di luar kelas seperti kunjungan ke museum,
mengadakan sosiodrama dan menonton film seputar Kemerdekaan Indonesia. (PB 11: Cara
mengatasi jenuh dalam belajar)
4.
Tanya jawab
Memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan pertanyaan dari yang
belum dipahami dan menjawab pertanyaan guru sesuai konsep yang dimiliki. Tanya
jawab pada pembelajaran akan menumbuhkan rasa percaya diri siswa dan menunjukan
eksistensinya.
5.
Penugasan
Dapat dilakukan
penugasan secara individu maupun berkelompok agar peserta didik dapat dinilai
dari aspek kognitif, afektif dan juga psikomotorik melalui berbagai penugasan.
Misalnya dalam bentuk uraian
Menganai bakat multiple
Intelligence bisa dilakukan dengan model pembelajaran tanya jawab dan penugasan
baik itu tugas secara individu maupun kelompok. (PB Teori bakat Multiple
Intelligence)
H. Sumber/Alat Pembelajaran
- Buku IPS Asy’ ari kelas V Erlangga
- Gambar para pejuang dan tokoh kemerdekaan Indonesia
I. Langkah Kegiatan Pembelajaran
a.
Pendahuluan (10 menit)
1)
Guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dan membaca basmalah
2)
Guru
memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa kehadiran, kerapihan pakaian,
posisi dan tempat duduk peserta didik.
3)
Guru
memberikan motivasi dan mengajukan pertanyaan secara komunikatif yang
berkaitan dengan materi pelajaran.
4)
Guru
menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai.
b.
Kegiatan Inti (30 menit)
1)
Observing, guru menjelaskan
peristiwa seputar proklamasi kemerdekaan Indonesia, siapa tokoh-tokoh yang
terlibat dan peran masing-masing tokohnya.
2)
Communicating, siswa mampu menjawab
pertanyaan yang dilontarkan oleh guru mengenai peristiwa seputar proklamasi,
siswa mampu menyebutkan tokoh-tokoh dan peran tokoh dalam peristiwa proklamasi
c.
Penutup
1)
Dengan bimbingan guru, siswa
menyimpulkan materi pembelajaran
2)
Bersama-sama melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3)
Guru
menyampaikan materi yang akan dipelajari
pada pertemuan berikutnya.
4)
Bersama-sama
menutup pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan hamdalah.
G. Sumber
Budiningsih, Asri. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2005
Jamaris, Martini. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Yayasan Penamas
Murni. Juli 2010.
Khodijah, Nyayu. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Pers. 2014.
Yudhawati, Ratna & Dany Haryanto. Teori-teori Dasar
Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Prestasi Pustakaraya.
2011.
Wicaksana, Seta. behaviorisme dalam Islam.
accessed on June 28,
2014, 14:05)
Zalyana. Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab. Pekanbaru: Almujtahadah Press. 2010.
[1]
C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005) hlm.
21.
[2] Martini, Jamaris, Orientasi Baru dalam Psikologi
Pendidikan, (Jakarta: Yayasan Penamas Murni, Juli 2010), hlm. 153
[3] Ngyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2014), hlm. 65
[4] Ratna Yudhawati & Dany Haryanto, Teori-teori Dasar
Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), hlm. 42
[5] Martini, Jawaris, op. cit. hlm. 159
[6] Ratna Yudhawati & Dany Haryanto, op. cit. hlm. 43
[7] Seta Wicaksana, behaviorisme dalam Islam, (http://cintamerahputih.blogspot.com/2010/06/behaviorisme-dalam-islam.html, accessed on June 28, 2014, 14:05)
[8]
Nyayu Khodijah, op. cit. hlm.72
[9]
Zalyana, Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab (Pekanbaru: Almujtahadah Press,
2010), hlm. 104-105.