RSS

TEORI BEHAVIORISME

TEORI BEHAVIORISME & CONTOH PEMBUATAN RPP
Oleh : Riska Hardiani (1113018200056)
Manajemen Pendidikan Semester 2-B

A.    Latar Belakang
Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah  belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.[1] Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Jadi pada teori behaviorisme ini tingkah laku belajar akan berubah apabila ada stimulus dan juga respon, stimulus itu bisa berupa perlakuan yang diberikan kepada siswa, sedangkan respon adalah tingkah laku yang terjadi pada siswa.
Alasan memilih teori behaviorisme ini adalah karena teori ini dapat membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi  belajar, lalu teori behaviorisme ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi sesuatu atau pujian. Teori behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya, misalnya seperti penerapan bahasa asing, olahraga, dan lain-lain. Maka dari itulah saya memilih teori behaviorisme.

B.     Tujuan Penulisan
·         Aspek Kognitif
Mahasiswa mampu menjelaskan dan menguraikan tentang teori behaviorisme (C2)

·         Aspek Afektif
Mahasiswa mau membangun stimulus dan menerima respon dengan baik agar dapat terbentuknya suatu keefektifan dan keharmonisan dalam kegiatan sehari-hari.(A4)

·         Aspek Psikomotorik
Mahasiswa mampu menerapkan teori behaviorisme pada pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas.(P2)


C.    Teori
1.      Pengertian
Teori behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati, dan dihasilkan oleh respon pelajar terhadap rangsangan. Kata behaviorisme berasal dari bahas inggris yaitu “behavior” artinya tingkah laku, reaksi total. Kemudian diberi akhiran “isme”, menjadi behaviorisme yang berarti aliran dalam psikologi yang objek penelitiannya adalah sesuatu yang dapat diindera yaitu perilaku yang tampak atau yang dapat diobservasi.
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan di dalam psikologi pendidikan yang didasari keyakinan bahwa anak dapat dibentuk sesuai dengan apa yang diinginkan orang yang mebentuknya[2]. Teori behaviorisme lebih menekankan pada tingkah laku manusia, teori behaviorisme ini memandang individu sebagai makhluk yang reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan, lalu pengalaman dan pemeliharaanlah yang akan membentuk perilaku mereka.

2.      Tokoh-Tokoh dan Pokok-Pokok Teori Behaviorisme
a.       Edward L. Thorndike (1874-1949)
Edward L. Thorndike menemukan teori connectionism, menurut thorndike, seluruh kegiatan belajar adalah didasarkan pada jaringan asosiasi atau hubungan (bonds) yang dubentuk anatara stimulus dan respon. Teori ini juga bisa disebut S-R bond theory atau S-R psychology of learning[3].
Dalam eksperimennya Thorndike menggunakan seekor kucing yang dikurung didalam kandang yang dilengkapi dengan sebuah tombol yang apabila tertekan akan otomatis terbuka, diluar kandang diletakkan makanan kucing (Lihat gambar 1.1 by wadira358.blogspot.com), lalu kucing berusaha mengambil makanan itu dengan melompat-lompat ke berbagai arah didalam kandang tersebut dan dengan tidak sengaja dia menekan tombol dan pintunya pun otomatis terbuka. Dari hasil eksperimennya itu Thorndike menemukan hukum-hukum belajar yaitu:
-          Law of readiness, artinya bahwa belajar akan terjadi bila ada ksiapan dari individu. Thorndike percaya bahwa kesiapan adalah kondisi belajar yang penting karena kepuasan/frustasi bergantung pada kondisi kesiapan individu
-          Law of exercise, artinya bahwa hubungan antara stimulus dengan respon akan semakin bertambah erat apabila sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
-          Law of effect, artinya bahwa jika sebuah respon menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan stimulus-respon akan semakin kuat, begitupun sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respon, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara stimulus-respon.

b.      Ivan Pavlov (1849-1936)
Pavlov menemukan teori classical conditioning atau pengkondisian lingkungan secara klasik, yaitu individu dapat dikendalikan dengan cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulang respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa dia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
Pavlov mengadakan eksperimen yang dilakukan terhadap seekor anjing. Pertama, anjing dioperasi pada salah satu kelenjar air liurnya diberi alat penampung sehingga air liurnya dapat dilihat. Sebelum penelitian anjing selalu mengeluarkan air liur setiap kali melihat makanan, namun ketika mendengar bunyi bel air liur tidak keluar. Lalu dilakukan pembiasaan mendengar bunyi bel bersama dengan pemberian makanan berupa daging, dan hasilnya anjing akan mengeluarkan air liur meskipun hanya mendengar bunyi bel (Lihat Gambar 1.2 by Kelassoftskill.com). Berdasarkan eksperimen tersebut Pavlov menghasilkan hukum-hukum belajar yaitu:
-          Law of respondent conditioning, artinya hokum pembiasaan yang dituntut, yakni jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforser) maka reflex dan stimulus lainnya akan meningkat.
-          Law of respondent extinction, artinya hokum pemusnahan yang dituntut yakni jika reflex yang sudah diperkuat melalui respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforser, maka kekuatannya akan menurun.[4]

c.       B.F. Skinner (1904-1990)
B. F Skinner menemukan teori operant conditioning, yaitu bahwa makhluk hidup yaitu mahasiswa dan hewan selalu berada dalam proses operating (melakukan sesuatu) terhadap lingkungannya[5]. Skinner melakukan eksperimen terhadap tikus dan juga burung merpati dan menghasilkan hokum-hukum belajar yaitu:
-          Law of operant conditioning, artinya jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat
-          Law of operant extinction, artinya jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat maka perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah[6].

D.    Ayat Al-Qur’an tentang Teori Behaviorisme

Artinya : “bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S Ar-Ra’d:11)

Hubungan antara surat Ar-Ra’d ayat 11 dengan teori behaviorisme adalah aliran behaviorisme mempelajari terbentuknya perilaku manusia berdasarkan konsep stimulus dan respon, yang berarti perilaku manusia sangat terkondisi oleh lingkungan. Satu – satunya motivasi yang mendorong manusia bertingkah laku adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. Konsep ini mengisyaratkan bahwa ketika manusia dilahirkan, ia tidak membawa bakat apa – apa dan mengingkari potensi alami manusia.
Aliran behaviorisme menolak determinan perilaku manusia, karena manusia berkembang atas dasar stimulasi dari lingkungannya. Pandangan ini beranggapan bahwa manusia tidak memiliki kesempatan untuk menentukan dirinya sendiri, oleh karena itu aliran ini memiliki kecenderungan untuk mereduksi manusia. Artinya, manusia tidak memiliki jiwa kemauan dan kebebeasan untuk menentukan pilihannya sendiri.Dalam hal ini kiranya perlu dipertimbangkan bahwa manusia sebagai makhluk hedonis, padahal manusia juga memiliki kehendak untuk mengabdi pada Tuhannya dengan tulus ikhlas dan penuh kesadaran. Pandangan ini mengangkat derajat manusia ke tempat yang teramat tinggi. Ia seakan-akan pemilik akal budi yang hebat serta kebebebasan penuh untuk berbuat sesuatu yang dianggap baik dan sesuai dengan dirinya. Kaidah dan hukum belajar ini dapat dianggap sebagai keunggulan dari aliran behaviorisme dalam menelaah konsep manusia yang dikaitkan dengan dengan salah satu fenomena sunnatullah, yaitu bahwa manusia dapat mengubah nasib dirinya sendiri.[7]

E.     Analisis Teori Behaviorisme
Menurut teori belajar behaviorisme seseorang dikatakan belajar apabila terjadinya perubahan perilaku pada dirinya. Di dalam teori ini ada input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah segala yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik, sedangkan respon adalah suatu reaksi atau tanggapan si peserta didik terhadap stimulus yang diberikan oleh pendidik. Teori behaviorisme ini menggunakan pengukuran sebagai hal yang utama, sebab pengukuran adalah hal yang penting untuk dapat melihat apakah sudah terjadi atau belum terjadi perubahan tingkah laku tersebut.
Misalnya, seorang guru mengajari siswanya membaca, di dalam proses pembelajaran itu guru dan siswa benar-benar dalam situasi belajar yang diinginkan, walaupun pada akhirnya hasil yang dicapai belum maksimal. Namun, jika terjadi perubahan terhadap siswa yang awalnya tidak bisa membaca menjadi bisa membaca tetapi masih terbata-bata, maka perubahan inilah yang dimaksud dengan belajar. Ada contoh lain misalnya, seorang anak yang belum bisa berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunya pun sudah mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukkan perilaku sebagai hasil dari belajar.
Kelebihan atau kekuatan yang ada pada teori behaviorisme ini adalah teori ini membutuhkan kemahiran lisan daripada kemahiran-kemahiran yang lain, guru-guru menyusun bahan pengajaran dari mudah ke susah sehingga anak diajarkan secara perlahan-lahan dari yang awalnya dia tidak tahu menjadi tahu serta pembelajarannya dilakukan secara bertahap sehingga tidak membuat para peserta didik bingung, guru memberikan reward atau hadiah atau pujian jika ada seorang anak yang sudah terlihat perubahan tingkah lakunya sehingga dapat menyebabkan anak termotivasi untuk terus berubah dan merasa dihargai, membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi belajar.
Meskipun begitu teori ini juga memiliki kekurangan yaitu teori behavioristic ini tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi dan berpikir pembelajar[8]. Lalu proses belajar dipandang bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti mesin atau robot, padahal manusia mempunyai kemampuan self control yang bersifat kognitif, sehingga, dengan kemampuan ini, manusia mampu menolak kebiasaan yang tidak sesuai dengan dirinya. Dan juga proses belajar manusia yang dianalogikan dengan hewan sangat sulit diterima, mengingat ada perbedaan yang cukup mencolok antara hewan dan manusia.[9]


F.     Contoh Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

 Satuan Pendidikan         : SD
 Kelas/Semester              : V/2
 Mata Pelajaran               : Ilmu Pengetahuan Sosial
 Topik                             : Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
 Alokasi Waktu               : 1 x 40 menit
                        
A.  Standar Kompetensi
Memahami dan menghargai  jasa serta peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia

B.  Kompetensi Inti (PB 10: Perkembangan Nilai, Moral dan Sikap)
·         KI 1     :
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama sesuai dengan agama yang dianutnya.

·         KI 2     :
Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggng jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif, dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

·         KI 3     :
Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan keajaiban, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

·         KI 4     :
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari apa yang di pelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

C.  Kompetensi Dasar
Menghargai Jasa dan peranan tokoh pejuang dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

D.  Indikator Pencapaian Kompetensi
Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan mampu :
1.)    Kognitif (PB 8 : Perkembangan kognitif)
Kemampuan kognitif berkembang secara bertahap dan sejalan dengan perkembangan fisik dan perkembangan saraf-saraf yang berada di dalam sususan saraf pusat atau otak. Pada perkembangan kognitif ini anak memiliki kemampuan untuk menentukan urutan objek menurut ukuran, memahami hubungan-hubungan logis dan mampu memberikan perhatian pada aspek yang perlu diperhatikannya.
Siswa diharapkan mampu :
a.       Menjelaskan jasa dan peranan tokoh yang terlibat dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia. (C2)
b.      Menyebutkan tokoh yang terlibat dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia.(C1)
c.       Menjelaskan bagaimana usaha yang dilakukan para pejuang dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.(C2)
d.      Menjelaskan bagaimana peristiwa pembacaan teks proklamasi.(C2)
e.       Menjelaskan bagaimana dan melalui media apa proklamasi kemerdekaan Indonesia disebarluaskan.(C2)

2.)    Afektif (PB 9: Perkembangan konsep diri dan emosi)
Perkembangan Konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan di sekitarnya. Siswa diharapkan mampu mengidentifikasi konsep dirinya dan dikembangkan melalui emosi yang dimilikinya.
Siswa diharapkan mau:
Menunjukkan sikap menghargai jasa para tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

3.)    Psikomotorik (PB 3: Perkembangan Psikomotorik)
Perkembangan psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar yang pencapainnya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Perkembangan fisik dan psikomotorik sangat berpengaruh terhadap tingkah laku individu, pada masa ini keterampilan anak dibagi menjadi keterampilan menolong diri sendiri, orang lain, keterampilan disekolah dan keterampilan bermain.
Siswa diharapkan mau:
Menerapkan sifat nasionalisme dan patriotisme dari para tokoh-tokoh proklamator didalam kehidupan sehari-hari.

4.)    Karakter (PB 10: Perkembangan nilai, moral dan sikap)
Nilai, moral dan sikap adalah sesuatu yang harus ditanamkan dengan baik sejak kecil, hubungan diantara ketiganya jika sudah menyatu maka seseorang akan mampu mengembangkan perilakunya dengan baik, sikapnya cenderung didasarkan atas nilai-nilai luhur dan aturan moral tertentu sehingga akan terwujud dalam perilaku yang bermoral
Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan memiliki karakter Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ) , Jujur ( fairnes )  dan  Ketelitian ( carefulness).

E.  Tujuan Pembelajaran
1.   Siswa dapat mengidentifikasikan beberapa tokoh yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
2.   Siswa dapat menjelaskan bagaimana proses terjadinya proklamasi kemerdekaan Indonesia.
3.   Siswa dapat menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia

F.   Materi Pembelajaran
1.    Para tokoh yang terlibat dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia beserta peran-perannya :
No.
Nama Tokoh
Peran
1.
Chaerul Saleh.
Pimpinan rapat pemuda di Pegangsaan Timur.
2
Darwis dan Wikana.
Merupakan utusan untuk menyampaikan keputusan rapat pemuda kepada Soekarno-Hatta.
3.
Singgih, Sukarni, dan Yusuf Kunto.
Membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok.
4.
Shudancho Subeno.
Komandan kompi tentara Peta di Rengasdengklok.
5.
Ahmda Subardjo.
Tokoh golongan tua yang menjemput Soekarno-Hatta untuk kembali ke Jakarta.
6.
Laksamana Maeda.
Angkatan laut Jepang yang bersimpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Ia menyediakan tempat perumusan teks proklamasi.
7.
Soekarno, Moh. Hatta, dan Ahmad Subardjo.
Perumusan naskah proklamasi.
8.
Sukarni, Sayuti Melik, B.M. Diah, dan Sudiro.
Tokoh pemuda yang menyaksikan perumusan teks proklamasi.
9.
Sayoeti Melik.
Pengetik naskah proklamasi.
10.
Sukarni.
Pengusul yang menandatangani teks Proklamasi Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia.
11.
Ibu Fatmawati.
Pembuat bendera Merah Putih yang dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
12.
Suhud dan Latif Hendradiningrat.
Pengibar bendera Merah Putih.
13.
Soekarno-Hatta.
Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia.

2.    Cara penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia :
a.       Siaran Radio Hoso Kanriyoko (sekarang RRI) oleh Yusufranodipuro,
b.      Sejak Th 1946 RRI Yogyakarta berhasil menyiarkan berita Proklamasi berbahasa Inggris yaitu The Voice of Freedom Indonesia oleh Molly Warner (Orang Australia yg simpati pd Indonesia)
c.       Kantor berita Domei (sekarang bernama Kantor berita Antara) oleh Syahrudin, F.Wuz, Adam Malik, dkk
d.      Melalu media cetak spt Harian Suara Asia (Surabaya) yg merupakan koran pertama Indonesia, Balai Pustaka oleh Suparjo, Percetakan Asia Raya oleh BM.Diah, dsb
e.       Melalui pemasangan Plakat, poster & coretan di tembok.
f.       Melalui utusan PPKI ke berbagai daerah

G. Model/Metode Pembelajaran
1.      Role Playing/bermain peran
Dilakukan dengan cara siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok, lalu di dalam setiap kelompok masing-masing siswa harus berperan menjadi salah satu tokoh proklamasi kemerdekaan Indonesia dan mengisahkan/mendemonstrasikan tentang bagaimana peristiwa yang terjadi di sekitar proklamasi dalam sebuah drama pendek yang dipentaskan didepan kelas.
Anak mulai menyesuaikan diri dengan realita konkrit dan berkembang rasa ingin tahu, anak juga sudah mampu mengimajinasikan sesuatu, meskipun masih membutuhkan bantuan objek konkrit. Dalam metode pembelajaran model role playing bisa digunakan untuk mengembangkan kreativitas si anak. (PB 10: Perkembangan Kreativitas)

2.      Menonton film seputar peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia
3.      Kegiatan pembelajaran di luar ruang kelas/outdoor
Mengadakan kunjungan atau observasi ke museum perumusan naskah Proklamasi di Jakarta Pusat dan museum lain yang mengisahkan tentang peristiwa seputar proklamasi.

Jenuh adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa bosan, lelah dan tidak bergairah terhadap kegiatan proses belajar yang sedang ia lakukan. Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi jenuh dalam belajar materi Proklamasi Kemerdekaan ini yaitu bisa dengan mengadakan kegiatan di luar kelas seperti kunjungan ke museum, mengadakan sosiodrama dan menonton film seputar Kemerdekaan Indonesia. (PB 11: Cara mengatasi jenuh dalam belajar)
4.      Tanya jawab
Memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan pertanyaan dari yang belum dipahami dan menjawab pertanyaan guru sesuai konsep yang dimiliki. Tanya jawab pada pembelajaran akan menumbuhkan rasa percaya diri siswa dan menunjukan eksistensinya.
5.      Penugasan
Dapat dilakukan penugasan secara individu maupun berkelompok agar peserta didik dapat dinilai dari aspek kognitif, afektif dan juga psikomotorik melalui berbagai penugasan. Misalnya dalam bentuk uraian
Menganai bakat multiple Intelligence bisa dilakukan dengan model pembelajaran tanya jawab dan penugasan baik itu tugas secara individu maupun kelompok. (PB Teori bakat Multiple Intelligence)

H.  Sumber/Alat Pembelajaran
  1. Buku IPS Asy’ ari kelas V Erlangga
  2. Gambar para pejuang dan tokoh kemerdekaan Indonesia

I.     Langkah Kegiatan Pembelajaran
a.      Pendahuluan (10 menit)
1)      Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan membaca basmalah
2)      Guru memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran  dan memeriksa kehadiran, kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk peserta didik.
3)      Guru memberikan motivasi dan mengajukan pertanyaan secara komunikatif yang berkaitan dengan materi pelajaran.
4)      Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai.

b.      Kegiatan Inti (30 menit)
1)      Observing, guru menjelaskan peristiwa seputar proklamasi kemerdekaan Indonesia, siapa tokoh-tokoh yang terlibat dan peran masing-masing tokohnya.
2)      Communicating, siswa mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru mengenai peristiwa seputar proklamasi, siswa mampu menyebutkan tokoh-tokoh dan peran tokoh dalam peristiwa proklamasi

c.       Penutup
1)      Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan materi pembelajaran
2)      Bersama-sama melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3)      Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
4)      Bersama-sama menutup pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan hamdalah.



G.    Sumber
Budiningsih, Asri. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2005

Jamaris, Martini. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: Yayasan Penamas
       Murni. Juli 2010.

Khodijah, Nyayu. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. 2014.

Yudhawati, Ratna & Dany Haryanto. Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan. Jakarta:
       Prestasi Pustakaraya. 2011.

Wicaksana, Seta. behaviorisme dalam Islam.
       accessed on June 28, 2014, 14:05)

Zalyana. Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab. Pekanbaru:  Almujtahadah Press. 2010.


[1] C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005) hlm. 21.
[2] Martini, Jamaris, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Yayasan Penamas Murni, Juli 2010), hlm. 153
[3] Ngyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 65
[4] Ratna Yudhawati & Dany Haryanto, Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), hlm. 42
[5] Martini, Jawaris, op. cit. hlm. 159
[6] Ratna Yudhawati & Dany Haryanto, op. cit. hlm. 43
[7] Seta Wicaksana, behaviorisme dalam Islam, (http://cintamerahputih.blogspot.com/2010/06/behaviorisme-dalam-islam.html, accessed on June 28, 2014, 14:05)
[8] Nyayu Khodijah, op. cit. hlm.72
[9] Zalyana, Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab (Pekanbaru:  Almujtahadah Press, 2010), hlm. 104-105.