A. Pendidikan Agama dalam Pembentukan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Agama
Pendidikan berasal dari
bahasa Arab yaitu “At-Tarbiyyah” dengan kata kerja “Rabba” yang artinya bertambah, tumbuh atau
berkembang. Pendidikan menurut istilah adalah
suatu usaha sadar yang teratur dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang
yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak mempunyai sifat-sifat dan
tabi’at sesuai cita-cita pendidikan. Menurut Hamka pendidikan adalah proses
ta’lim dan menyampaikan sebuah misi (tarbiyah) tertentu. Tarbiyah
mengandung arti yang lebih komprehensif dalam memaknai pendidikan terutama
pendidikan Islam baik secara vertikal maupun horizontal. Prosesnya merujuk pada
pemeliharaan dan pengembangan seluruh potensi (fitrah) peserta didik
baik jasmaniah maupun rohaniah [[1]]
Agama
berasal dari bahasa sansekerta yang berarti tidak kacau atau teratur. Menurut
terminologi agama adalah suatu tata kaidah yang mengatur hubungan manusia
dengan yang Agung.[[2]] Agama menurut Ensiklopedia Indonesia diuraikan sebagai
berikut: “Agama (umum), manusia mengakui dalam agama adanya yang suci: manusia
itu insaf, bahwa ada sesuatu kekuasaan yang memungkinkan dan melebihi segala
yang ada.[[3]]
Dari beberapa pengertian di atas
dapatlah disimpulkan bahwa ”pendidikan agama” adalah suatu usaha yang
ditunjukkan kepada anak didik yang sedang tumbuh agar mereka mampu menimbulkan
sikap dan budi pekerti yang baik serta dapat memelihara perkembangan jasmani
dan rohani secara seimbang dimasa sekarang dan mendatang sesuai dengan aturan
agama.[[4]]
2. Pengertian Pembentukan Karakter
“Karakter”
merupakan akar kata dari bahasa latin yang berarti dipahat (Mark Rutland: 2009,
3). Kehidupan seperti balok besi bila dipahat dengan penuh kehati-hatian akan
menjadi mahakarya agung. Maka, karakter merupakan kualitas atau kekuatan mental
atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang menjadi kepribadian khusus
sebagai pendorong dan penggerak serta membedakannya dengan yang lain. Dalam
upaya mendidik karakter anak, harus disesuaikan menurut dunia anak tersebut.
Yakni selalu selaras dengan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pembentukan karakter diklasifikasikan dalam 5 tahapan yang berurutan dan sesuai
usia yaitu :
a. Tahap pertama adalah membentuk adab, antara usia 5 sampai 6
tahun. Tahapan ini meliputi jujur, mengenal antara yang benar dan yang salah,
mengenal mana yang baik dan yang buruk, serta mengenal mana yang diperintahkan.
b. Tahap kedua adalah melatih tanggung jawab diri, antara usia
7 sampai 8 tahun. Tahapan ini meliputi perintah menjalankan kewajiban shalat,
melatih melakukan hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi secara mandiri,
serta dididik untuk selalu tertib dan disiplin sebagaimana yang telah tercermin
dalam pelaksanaan sholat mereka.
c. Tahap ketiga adalah membentuk sikap kepedulian, antara usia
9 sampai 10 tahun. Tahapan ini meliputi diajarkan untuk peduli terhadap orang
lain terutama teman-teman sebaya, dididik untuk menghargai dan menghormati hak
orang lain, mampu bekerjasama, serta mau membantu orang lain.
d. Tahap keempat adalah membentuk kemandirian, antara usia 11
sampai 12 tahun. Tahapan ini melatih menerima resiko sebagai bentuk konsekuensi
bila tidak mematuhi perintah, dididik untuk membedakan yang baik dan yang
buruk.
e. Tahap kelima adalah membentuk sikap bermasyarakat, pada usia
13 tahun ke atas. Tahapan ini melatih kesiapan bergaul di masyarakat berbekal
pada pengalaman sebelumnya. Bila mampu dilaksanakan dengan baik, maka pada usia
yang selanjutnya hanya diperlukan penyempurnaan dan pengembangan secukupnya. [[5]]
. Pendidikan adalah proses
pembentukan karakter. Jadi, Pembentukan atau Pembangunan karakter adalah proses
membentuk karakter, dari yang kurang baik menjadi yang lebih baik.[[6]]
3.
Pendidikan Agama dalam Pembentukan Karakter
Pembinaan
kepribadian/karakter atau jiwa utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh
lingkungan khususnya pendidikan. Sasaran yang ditempuh atau dituju dalam
pembentukan kepribadian/karakter ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak
yang mulia dan tingkat kemulian akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimanan.
Dalam pembentukan
karakter seseorang, hendaknya setiap guru menyadari bahwa dalam pembentukan
karakter sangat diperlukan pembinaan dan latihan-latihan akhlak pada siswa,
bukan hanya diajarkan secara teoritis, tetapi harus diajarkan ke arah kehidupan
praktis. Agama sebagai unsur esensi dalam kepribadian manusia dapat memberi
peranan positif dalam perjalanan kehidupan manusia, selain kebenarannya masih
dapat diyakini secara mutlak.
Dalam hal
pembentukan karakter seseorang, pendidikan agama mempunyai peranan yang sangat
penting dalam kehidupan. Pendidikan agama berperan sebagai pengendali tingkah
laku atau perbuatan yang terlahir dari sebuah keinginan yang berdasarkan emosi.
Jika ajaran agama sudah terbiasa dijadikannya sebagai pedoman dalam kehidupan
seseorang sehari-hari dan sudah ditanamkannya sejak kecil, maka tingkah lakunya
akan lebih terkendali dalam menghadapi segala keinginan-keinginannya yang
timbul.[[7]]
Telah
kita ketahui banyak anak-anak memiliki kepribadian buruk yang mengakibatkan
merosotnya moral. Betapa pentingnya pendidikan agama untuk seseorang, dan
betapa pula besarnya bahaya yang terjadi akibat kurangnya pendidikan agama itu.
Untuk itu, perlu kiranya kita mencari jalan yang dapat mengantar kita kepada
terjaminnya kepribadian yang dapat menciptakan dan memelihara ketentraman dan
kebahagiaan masyarakat dan bangsa di kemudian hari.
Maka
dari itu untuk membentuk karakter yang berlandaskan agama pertama-tama di tentukan oleh keluarga
terlebih dahulu, karena keluarga memiliki peran penting dalam mendidik agama
bagi anak-anaknya, terutama dalam pembentukan kepribadian atau karakter. Artinya
keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak anak serta anggota keluarga
lain kepada kehidupan beragama sedini mungkin
Agama banyak
memberikan pengajaran yang baik dalam membentuk kepribadian seseorang
,contohnya seorang anak akan bersikap santun terhadap orang yang lebih tua di
bandingkan dia, itu karena orang tua sudah mengajarkaan kebaikan sejak dini
kepada anaknya, jadi si anak tidak akan mengubah karakter dia menjadi orang
lain. Karena itu sudah menjadi syariat dalam beragama. Agama banyak memberikan
kita ulasan mengenai pembentukan karakter yang lebih baik.[[8]]
Jadi, ilmu
pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan Agama, Sehingga Agama
dijadikan sebagai suatu landasan perumusan pendidikan, dan pendidikan agama
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan moral dan karakter anak didik. Oleh
karena itu orang tua/pendidik haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.
Pendidikan agama
hendaklah diberikan kepada anak sedini mungkin, ajarilah dari hal-hal yang
kecil sesuai dengan tuntunan agama.
b.
Pelajaran
pendidikan agama bukan merupakan science semata, melainkan ilmu amaliah
tercakup di dalamnya.
c.
Anak cenderung
mengikuti apa yang dilihatnya dari orang dewasa oleh karena itu hendaknya
orang-orang tua membiasakan berprilaku keseharian dengan akhlakul karimah, baik
perkataan maupun perbuatan.[[9]]
Pendidikan agama pada dunia
pendidikan merupakan modal dasar bagi anak untuk mendapatkan nilai-nilai
ketuhanan, bahwa betapa pentingnya nilai-nilai agama diajarkan kepada anak,
dimana dalam dunia pendidikan dicakup dalam satu bidang garapan yaitu
pendidikan agama. Pendidikan agama dalam kehidupan tidaklah sepenuhnya menjadi
tanggung jawab guru di sekolah, melainkan juga orang tua sebagai contoh nyata
dalam kehidupan anak. Bagaimana mungkin anak akan berkarakter baik, jika orang
tuanya hidup dalam ketidakbaikan. Oleh karena itu pendidikan agama harus
ditanamkan kepada anak dimanapun ia berada, baik formal maupun non formal.
Lalu apakah pendidikan agama
dapat membentuk moral dan karakter anak didik? Untuk menjawab pertanyaan ini
banyak elemen yang mencakup didalamnya. Secara teoritis seharusnya pendidikan
agama dapat membentuk kepribadian atau karakter anak, hal ini sesuai dengan
tujuan pendidikan agama yang akhirnya yaitu untuk beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Jika seseorang sudah beriman dan bertaqwa dengan
sebenar-benarnya, maka segala perbuatannya akan mencerminkan nilai-nilai agama,
menjalankan segala yang diperintah dan meninggalkan semua yang dilarang.
Seiring dengan itu maka moral/karakter/etika
pun akan tercermin di dalamnya. Bagaimana mungkin seseorang yang beriman
dan bertaqwa misalnya, menggunakan narkoba atau hal-hal lain yang dilarang
agama. Hal ini menjadi bukti bahwa jika seorang anak telah tertanam dalam
dirinya nilai-nilai agama yang kuat, maka sudah dapat dipastikan
moral/karakter/etika pada orang tersebut akan terbentuk dengan sendirinya,
mengikuti irama iman dan kualitas taqwa yang ada padanya.[[10]]
[1] Fendi Zarkha, Mengapa Aspek Agama Menjadi Landasan
Perumusan Tujuan pada Pendidikan, (http://fendi-zharka.blogspot.com/, accessed on October 5, 2013 9:20)
[2] Miya Nur Andina, Peran
Pendidikan Agama Islam Sebagai Pembentukan Karakter Anak. (http://miyanurandinaperdanaputra.blogspot.com/, accessed on October 5, 2013, 11:10)
[4] Ridwan Aldursanie, Pendidikan Agama Membangun Moral, (http://ridwan202.wordpress.com/, accessed on October 5, 2013 16:40)
[6]
Ridwan Aldursanie. loc. cit.
[7]
Ansor rahmat hidayat, Peran
Pendidikan Agama Islam sebagai Pembentuk Karakter Anak, (http://ansorrahmathidayat.blogspot.com/, accessed on
September 28, 2013 17:50)
[8]
Miftahul jannah, Peran Pendidikan
Agama Islam sebagai Pembentukan Karakter Anak. (http://miftahstain.blogspot.com/, accessed on September 28, 2013 17:40)
1 komentar:
makasih infonya
Posting Komentar