RSS

Cara Mensyukuri Nikmat ALLAH

    RISKA HARDIANI & SA'ADATUL INSANIAH
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

      A.    Pengertian Syukur
Kata syukur diambil dari kata syakara, syukuran, wa syukuran,dan wa syukuran yang berarti berterima kasih kepada-Nya. Menurut Kamus Arab – Indonesia, kata syukur diambil dari kata syakara, yaskuru, syukran dan tasyakkara yang berarti mensyukuri-Nya, memuji-Nya. Kata syukur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai: (1) Rasa terimakasih kepada Allah dan (2) untunglah (menyatakan lega, senang, dan sebagainya).
Syukur berarti ucapan sikap dan perbuatan berterimakasih kepada Allah SWT dan pengakuan yang tulus atas nikmat dan karunia yang diberikan-Nya. Nikmat yang diberikan sangat banyak dan bentuknya bermacam-macam. Disetiap detik yang dilalui manusia tidak pernah lepas dari nikmat Allah, nikmatnya sangat besar, sehingga manusia tidak akan dapat menghitungnya.[1]

     B.     Cara Mensyukuri Nikmat Allah
Artinya: “Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.”
Pada mulanya ayat 17 surah al-Ankabut ini, menceritakan umat Nabi Ibrahim yang tidak mau menyembah Allah. Bahkan mereka menyembah patung-patung buatan mereka sendiri. Dengan demikian Allah menjelaskan bahwa patung-patung atau lainnya yang mereka sembah selain diri-Nya, tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi memberi rezeki untuk kehidupannya. Hanya dari sisi Allahlah rezeki itu didapat. Oleh karena itu seharusnya mereka hanya menyembah Allah dan bersyukur kepada-Nya, sebab mereka pun akan dikembalikan kepada-Nya.
Pada surat Al-Ankabut ini Allah memerintahkan tiga hal kepada manusia, yaitu:
1.      mencari rezeki kepada-Nya, perintah mencari rezeki pada ayat ini diungkapkan dengan kata ibtagu. Perintah Allah dengan kata ibtagu itu mengandung makna bahwa Allah meminta manusia agar mencari rezeki dengan berusaha keras dan bersungguh-sungguh.
2.      beribadah kepada-Nya, Allah telah memberi manusia rezeki, karena itu manusia perlu menyembah kepada-Nya. Ibadah itu ada dua macam, yaitu ibadah mahdah dan ibadah gair mahdah. Ibadah mahdah adalah ibadah yang telah ditentukan tata caranya oleh Allah SWT. Ibadah gair mahdah adalah ibadah yang sunah. Jika manusia rajin menyembah-Nya, Dia akan membukakan pintu rezeki kepadanya, dan rezeki itu akan berkah dan bermanfaat baginya. Bila kalian ingin memperoleh banyak rezeki maka rajinlah beribadah dan berusaha.
3.      bersyukur kepada-Nya, bersyukur kepada Allah perlu dilakukan karena Allah telah memberi manusia nikmat yang luar biasa banyaknya, mulai dari nyawa yang tiada tara harganya sampai alam raya ini. Ada banyak cara yang dapat dilakukan manusia untuk mensyukuri nikmat Allah swt.[2] Secara garis besar, mensyukuri nikmat Allah dapat dilakukan dengan cara-cara berikut yang dikemukakan oleh para ulama yaitu:
a.       bersyukur dengan hati nurani. Kata hati nurani selalu benar dan jujur. Untuk itu, orang yang bersyukur dengan hati nuraninya sebenarnya tidak akan pernah mengingkari banyaknya nikmat Allah. Dengan detak hati yang paling dalam, kita sebenarnya mampu menyadari seluruh nikmat yang kita peroleh setiap detik hidup kita tidak lain berasal dari Allah. Hanya Allahlah yang mampu menganugerahkan nikmat-Nya.
b.      Bersyukur dengan ucapan/lisan. Lidahlah yang biasa melafalkan kata-kata. Ungkapan yang paling baik untuk menyatakan syukur kita kepada Allah adalah hamdalah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, ``Barangsiapa mengucapkan subhanallah, maka baginya 10 kebaikan. Barangsiapa membaca la ilaha illallah, maka baginya 20 kebaikan. Dan, barangsiapa membaca alhamdulillah, maka baginya 30 kebaikan.
c.       Bersyukur dengan perbuatan, yang biasanya dilakukan anggota tubuh, diantaranya dengan mempergunakan segala bentuk kenikmatan Allah untuk menunaikan perintah-perintah Allah, baik perintah wajib, sunnah maupun mubah. Lalu mempergunakan segala bentuk kenikmatan Allah dengan cara menghindari, menjauhi dan meninggalkan segala bentuk larangan Allah, baik larangan yang haram maupun yang makruh.[3]



Hadist Riyadhus Shalihin no 1396
Artinya: Dari Anas ra, berkata: “Rasulullah saw bersabda: sesungguhnya Allah benar-benar meridhai seorang hamba, yakni apabila ia makan suatu makanan ia memuji-Nya atas makanan tersebut dan apabila minum suatu minuman ia memuji-Nya atas minuman tersebut.” (HR. Muslim)[4]
Kandungan Hadist:
Di dalam hadist ini menjelaskan tentang etika makan dan minum dengan memanjatkan pujian baik sebelum atau sesudah makan dan minum selalu memuji-Nya. Allah sangat menyukai orang yang apabila dia makan dan minum dia memujiNya yaitu dengan bacaan basmalah dan tentunya diakhiri juga dengan membaca hamdalah, karena bagaimanapun juga kita harus bersyukur dengan nikmat yang telah Allah berikapan kepada kita sehingga kita bisa menikmati makanan dan minuman tersebut.
Perintah untuk bersyukur kepada Allah atas keluasan Karunia-Nya dan limpahan nikmat-nikmat Nya. Dan bahwasannya beryukur merupakan jalan keselamatan sebab hanya Allah saja yang memang berhak mendapatkan pujian atas nikmatnya.





       C.    Mengingat Nikmat Allah (Q.S Az-Zukhruf ayat 9-13)
Surat Az -Zukhruf  ayat 9
Artinya: “Dan jika kalian Tanya kepada mereka “siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” tentulah mereka menjawab, “yang menciptakannya Yang Maha Perkasa lagi Mahatau” (QS Az-Zukhruf: 9)
Kandungan Ayat:
Menurut Syekh Imam AL-Qurtubi dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa orang-orang kafir pun mengakui bahwa pencipta langit dan bumi beserta isinya adalah Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana, namun demikian mereka menyembah selain Allah dan mengingkari kekuasaan-Nya. [5]
Jadi, mereka mengakui bahwa yang menciptakan alam semesta ini adalah Allah. Mereka menyadari bahwa alam raya ini terlalu besar, karena itu tidak mungkin diciptakan selain oleh Allah. Tetapi Allah itu dalam pandangan mereka terlalu jauh dan abstrak, mereka merasa tidak mampu mendekati-Nya, maka itu mereka mencari perantara. Mereka membuat patung berbentuk manusia dan berhala berbentuk selain manusia, kemudian mereka sembah patung-patung dan berhala itu sebagai perantara mereka dengan Allah, tetapi lama kelamaan mereka lupa kepada Allah, tinggalah patung dan berhala itu yang mereka sembah.
Surat Az-Zukhruf ayat 10
Artinya: “yang membuat bagi kalian bumi tempat yang terhampar, dan menjadikan bagi kalian jalan-jalan diatasnya, supaya kalian beroleh petunjuk” (QS Az-Zukhruf: 10)
Kandungan Ayat:
Dalam ayat 10 ini Allah menjelaskan kemahakuasaan dan nikmat-Nya lebih lanjut, yaitu bahwa Dia-lah yang membuat bumi terhampar sehingga layak didiami. Allah membuat bumi ini memiliki jalan-jalan, meskipun jalan-jalan dibuat oleh manusia tetapi Allah lah yang membuat bumi memiliki potensi untuk dibuat jalan-jalan diatasnya. Dengan adanya jalan itu maka manusia bisa melakukan perjalanan diatas bumi ini kemana saja yang dikehendakinya. Begitulah kemahakuasaan dan nikmat Allah pada manusia, maka manusia hendaknya mengakui kemahakuasaan-Nya dan selalu mengingat nikmat-Nya itu dengan beriman dan senantiasa bersyukur kepada-Nya.[6]
Menurut Syekh Imam Al-Qurtubi bahwa ayat ini menjelaskan bahwa Allah menyifati Dzat-Nya yang maha suci dengan kekuasaan yang sempurna. Firman Allah ini merupakan awal pemberitahuan dari Allah tentang dzatNya. Supaya kalian mengakui nikmat Allah yang diberikan kepada kalian dan supaya kalian mendapat petunjuk menuju penghidupan kalian.[7]

Surat Az-Zukhruf ayat 11
Artinya: “Dan yang menurunkan hujan dari langit menurut kadarnya, lalu kami tebarkan dia ke daerah yang mati. Demikian pula kalian akan dibangkitkan”. (QS Az-Zukhruf: 11)

Kandungan Ayat:
Setelah Allah menjelaskan kemahakuasaannya dan nikmat-Nya dibumi, lalu Allah menerangkan kemahakuasaan dan nikmat-Nya dilangit yaitu bahwa Dia menurunkan proses hujan dari langit. Dalam ayat ini yang ditekankan adalah bahwa hujan itu diturunkan Allah menurut kadar atau ukuran yang ditentukannya. Lalu Allah menjelaskan bahwa hujan itu ditebarkan-Nya ke negeri yang mati yaitu negeri yang tanahnya mati karena ketiadaan air,lalu suburlah tanah negeri itu sehingga bisa ditanami bibit-bibit tanaman oleh manusia.
Allah mengibaratkan tanaman yang bermunculan diatas tanah setelah tersirami air itu dengan peristiwa kebangkitan manusia dari kuburnya nanti pada hari kiamat. Bagaimana cara manusia bangkit dari kuburnya itulah yang diumpamakan Allah dengan munculnya tanaman dari tanah setelah disirami air. Dengan contoh tanaman itu Allah menghendaki manusia mengimani adanya kiamat dan kehidupan abadi setelah itu.[8]
Surat Az-Zukhruf ayat 12

Artinya: “Dan yang menciptakan segala yang berpasang-pasangan, dan menjadikan bagi kalian kapal-kapal dan binatang ternak yang dapat kalian tunggangi”. (QS Az-Zukhruf: 12)
Kandungan Ayat:
Dalam ayat ini Allah menjelaskan tiga tanda kemahakuasaan-Nya sekaligus nikmat-Nya. Pertama, Allah menciptakansegala sesuatu di alam ini berpasangan ada laki-laki ada perempuan, ada terang ada gelap, ada panjang ada pendek, ada baik ada buruk, dsb. Adanya pasangan itu sangat besar artinya, adanya laki-laki dan perempuan misalnya memungkinkan makhluk berketurunan, dengan demikian berkesinambungan jenis dan eksistensi makhluk itu terjamin. Adanya baik dan buruk, cahaya dan terang dan sebagainya memungkinkan manusai memilih dan memanfaatkan perbedaan itu. Namun hanya satu yang tidak ada pasangannya yaitu hanyalah Allah. Ia Maha Esa, satu-satunya dan tidak ada persamaan dengan apa pun.
Kedua, Allah membuat kapal melalui ilmu dan teknologi yang diberikan kepada manusai sehingga manusia bisa membuat kapal yang mengapung diatas air. Dengan adanya kapal-kapal itu maka manusia bisa dengan mudah melayari lautan. Ketiga, Allah membuat hewan-hewan ternak bisa diajari untuk ditunggangi baik barang maupun manusia, sehingga bisa mempermudah aktifitas manusia.

Surat Az-Zukhruf ayat 13

Artinya: “supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: "Maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi Kami Padahal Kami sebelumnya tidak mampu menguasainya,”. (QS Az-Zukhruf: 13)
Kandungan Ayat:
Kemudian dalam ayat 13 Allah menjelaskan nikmat-Nya lebih lanjut, yaitu bahwa hewan itu bisa ditunggangi. Manusia bisa duduk diatasnya dengan mantap apalagi setelah ditemukannya pelana, kendaraan beroda, dsb. Setelah berada diatas punggung hewan itu dan bisa mengendalikannya, manusia hendaknya ingat dan selalu bersyukur akan nikmat Allah itu. [9]
Jadi kesimpulan dari surat Az-Zukhruf ayat 9-13 ini adalah bahwa orang musyrik sekalipun mengakui bahwa yang memberi nikmat itu adalah Allah. Banyak nikmat Allah yang diberikan kepada manusia, bumi sebagai tempat hidup manusia dengan berbagai sarananya. Hujan (air yang turun dari langit) sebagai sumber kehidupan. Dengan air, tanah yang gersang menjadi subur. Kemudian Allah juga menciptakan pasangan semua hal yang Dia ciptakan. Ada siang ada malam, ada laki-laki ada perempuan, ada panas ada dingin, ada positif ada negatif dan seterusnya. Semua itu merupakan bagian dari nikmat Allah yang diberikan kepada makhluknya khususnya manusia. Nikmat-nikmat itu diberikan kepada manusia agar mereka dapat hidup sejahtera. Dengan nikmat yang diberikan Allah, sewajarnya manusia selalu mengingat nikmat itu dari mana datangnya, sehingga tidak menjadi manusia yang kafir (mengingkari nikmat). Bagi yang memiliki binatang ternak, tumbuhan (kebun atau lading) dan atau penghasilan lebih harus mengeluarkan hak untuk fakir miskin dan sebagainya. 



      D.    Mempraktikkan Perilaku Syukur Kepada Allah swt.
1.      Mengakui atau mengimani Allah swt. sebagai pemiberi nikmat yang tidak terhingga, sehingga menghitungnya saja manusai tidak mampu
2.      Senantiasa mengucap hamdalah dan mengikhlaskan dalam hati hanya bagi Allah swt.
3.      Menggunakan nikmat-Nya sesuai dengan kehendak-Nya yaitu menggunakan nikmat tersebut untuk maksud-maksud yang diridhai-Nya, tidak menggunakan nikmat itu untuk maksud yang dimurkai-Nya seperti untuk maksiat.
4.      Sebelum menggunakan nikmat-Nya, manusia perlu membaca basmalah dan kemudian berdoa.
5.      Berterimakasih kepada orang yang berbuat baik kepada kita, dan bila mungkin membalasnya dengan yang lebih baik atau paling kurang dengan kebaikan yang setara. Tanda orang bersyukur adalah berterimakasih kepada sesame manusia.[10]
6.      Jika engkau mendapatkan nikmat dari Allah, jangan lihat besar kecilnya nikmat, tapi
lihatlah yang memberi nikmat (Rabbul ’alamin).
7.      Lihatlah yang berada di bawah kita (kaitannya dengan nikmat)
8.      Sadarilah bahwa yang mampu memberikan hidayah untuk bersyukur hanyalah
Allah semata.
9.      Meyakini dalam hati bahwa nikmat yang diterima semata-mata pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala.



[1] Irwan Fauzi, Mensyukuri Nikmat Allah materi pai 3, (http://irwanozi.blogspot.com/2013/10/mensyukuri-nikmat-allah-materi-pai-3.html, accessed on 28 March 2014, 20:10)
[2] Salman Harun,  Al-Qur;an & Hadis kelas XI Madrasah Aliyah, (Jakarta: Yudhistira, cet. Ke-1, 2007), hlm. 51
[3] Blog artikrl lengkap, Pengertian Syukur, (http://artikelilmiahlengkap.blogspot.com/, accessed on 29 March 2014, 00:20)
[4] Riyadh Al-Shalihin, Kewajiban memuji dan bersyukur kepada Allah, (http://kitabrs.pusatkajianhadis.com/hadis/tampil/1395, accessed on 28 march 2014, 19:20)
[5] Fathi Zamzam, Mensyukuri Nikmat Allah, (http://fathizamzam.blogspot.com/2013/04/mensyukuri-nikmat-allah.html, accessed on 28 March 2014, 18:01)
[6] Salman Harun, op. cit. hlm. 37
[7] Fathi Zamzam, loc. cit
[8]  Salman Harun, op. cit  hlm. 39
[9] Salman Harun, op. cit. hlm .41
[10] Salman Harun, op. cit. hlm. 57

0 komentar:

Posting Komentar