RESUME QUR’AN HADIST
Oleh :
Riska Hardiani
Manajemen Pendidikan Semester 2-B
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Al-Qur’an Hadist
A. Pengertian Al-Qur’an dan Hadist
AL-Qur;an adalah kitab suci yang memuat firman-firman (wahyu)
Allah, sama benar dengan yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai Rasul Allah SWT sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2
bulan 22 hari, mula-mulai di Mekkah kemudian di Madinah untuk menjadi pedoman
atau petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan kehidupannya mencapai
kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Al Qur’an terdiri dari 30
juz, 114 surat, lebih dari 6362 ayat, 74.499 atau 325.345 huruf.
Hadist adalah ucapan Rasulullah SAW tentang sesuatu yang berkaitan
dengan kehidupan manusia atau tentang suatu hal, atau disebut pada Sunnah
Qauliyyah. Dari sudut sifat (atribut shahi) atau tidaknya si periwayat, hadist
dapat dipecah menjadi 3, yaitu:
1.
Hadist
Shahih (benar), dimana perawinya terkenal orang baik dan boleh dipercayai.
Ciri-cirinya itu menyambung
hingga ke Rasul, kualitas rawi diikat dari sanad yakni silsilah hadist yang
disampaikan.
2.
Hadist
Hasan (baik), dimana perawinya tidak mencapai derajat perawi hadis shahih
disebabkan ada sedikit cacatnya.
3.
Hadist
Dhaif (lemah), dimana perawinya diragukan keberadaannya (kebenarannya).
B. Kedudukan Al-Qur’an dan Hadist
1.
Kedudukan
Al-Qur’an
·
Al-Qur’an
sebagai sumber berbagai disiplin ilmu keislaman, seperti ilmu tauhid, ilmu
hokum, ilmu tasawuf, ilmu filsafat islam, ilmu sejarah islam dan ilmu
pendidikan islam
·
Al-Qur’an
sebagai sumber hokum Islam yang Pertama dan paling utama.
·
Al-Qur’an
sebagai pedoman bagi seluruh manusia.
2.
Kedudukan
Hadist
·
Al-Sunnah
bersifat Zani Al-Wurud, yaitu kehadirannya pasti an tidak diragukan.
·
Al-Sunnah
berfungsi sebagai penjabaran Al-Qur’an.
·
Ada
beberapa hadis dan Atsar(dari sahabat bukan dari Rasul) yang menjelaskan bahwa
urutan dan kedudukan Al-Sunnah setelah Al-Qur’an
·
Al-Qur’an
sebagai wahyu dari sang pencipta yaitu Allah SWT sedangkan hadist berasal dari
hamba dan utusan-Nya.
·
Ada
beberapa ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa kedudukan Al-Sunnah sesebagai sumber kedua setelah Al-Qur’an dalam
ajaran Islam.
C. Unsur-Unsur Al-Qur’an dan Hadist
1.
Unsur-unsur
Al-Qur’an
·
Al-Qur’an
berbentuk lafadz, artinya bahwa apa yang disampaikan Allah melalui Jibril
kepada Muhammad dalam bentuk makna dan dilafadzkan oleh Nabi.
·
Al-Qur’an
itu berbahasa Arab, Al-Qur’an tidak dialih bahasakan dengan bahasa lain, jika
Al-Qu’an dialih bahasakan dengan bahasa lain maka itu bukan Al-Qur’an.
·
Al-Qur’an
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
·
Al-Qur’an
diturunkan secara mutawatir.
2.
Unsur-unsur
Hadist
·
Sanad,
adalah silsilah atau ahli hadist sanad berarti jalan yang dapat menghubungkan matan
hadist kepada Nabi Muhammad SAW.
·
Matan,
adalah isi hadist itu sendiri.
·
Rawi,
adalah orang yang meriwayatkan, menyampaikan suatu hadist.
·
RIjal
Al-Hadist, adalah tokoh-tokoh yang meriwayatkan hadist.
D. Fungsi Al-Qur’an dan Hadist
1.
Fungsi
Al-Qur’an
a.
Petunjuk
bagi manusia
b.
Sumber
pokok ajaran agama
c.
Peringatan
dan pelajaran bagi manusia
d.
Sumber
hokum yang pertama dan paling utama
e.
Sebagai
pedoman bagi manusia
2.
Fungsi
Hadist
a.
Penguat
dan penyokong kepada hokum-hukum yang terdapat didalam Al-Qur’an.
b.
Penjelas,
penguat, dan penafsir bagi ayat-ayat Al-Qur’an.
c.
Menjadi
tasyri, atau yang menentukan suatu hokum yang tidak ada di AL-Qur’an.
Manusia
Sebagai Khalifah di Muka Bumi
A. Pengertian Khalifah
Kata
khalifah menurut bahasa berasal dari kata khalafa yang berarti pengganti.
Sedangkan menurut istilah kata khalifah ialah pengganti kedudukan yang
ditinggalkan pendahulunya. Kata khalifa pada umumnya digunakan untuk menyebut
pemimpin pemerintahan atau kepala Negara yang berasaskan ajaran islam.
Ada didalam
Q.S Al-Baqarah ayat 30 yang menunjukkan tentang fungsi kekhalifahan yang lebih
luas, baik terkait dengan kepemimpinan terhadap sesama manusia maupun
pengelolaan terhadap alam dan lingkungan. Namun, ada juga yang memberi
penjelasan bahwa khalifah adalh orang yang memipin dan mengatur jalannya roda
kehidupan disuatu tempat, walaupun dalam tingkatan yang berbeda-beda.
B. Karakteristik Seorang Khalifah
1.
Adil,
sifat adil artinya suatu sifat yang teguh, kokoh dan tidak menunjukkan memihak
kepada seseorang atau golongan. Adil merupakan sifat yang sangat penting bagi
seorang khalifah karena menjadi seorang khalifah harus memutuskan segala
perkara dengan bijaksana dan adil.
2.
Jujur,
modal yang paling utama menjadi seorang pemimpin adalah jujur. Seorang khalifah
harus bersikap jujur agar mendapat kecintaan dan kepercayaan oleh masyarakat
tanpa adanya sikap curiga kepada pemimpinnya.
3.
Bertanggung
jawab, tanggung jawab bermakna keadaan wajib menanggung segala sesuatu, karena
setiap perilaku apapun yang dilakukan oleh manusia pasti harus dipertanggung
jawabkan. Suatu kebijakan atau keputusan pemimpin harus bisa dipertanggung
jawabkan kepada rakyatnya.
4.
Bersikap
rendah hati, seorang pemimpin juga perlu rendah hati karena ilmu Allah luas.
Manusia dilarang bersikap sombong karena ilmunya sebab pada saat dilahirkanpun
manusai tidak mempunyai ilmu dan ilmu yang dimiliki sekarang tidak seberapa
jika dibandingkan dengan ilmu yang dimiliki oleh Allah.
C. Cara pengangkatan dan baiat Khalifah
1.
Cara
pengangkatan khalifah
a.
Pemilahan
secara langsung, dipilih melalui pemilihan umum, rakyatlah yang memiliki hak
pilih untuk memilih calon-calon yang ada.
b.
Pemilihan
secara tidak langsung, yaitu spemilihan seorang khalifah oleh ahlul halli wal
aqli atau wakil-wakil rakyat yang berhak memutuskan segala sesuatu yang
berkaitan dengan urusan umat.
c.
Melalui
wasiat, yaitu usulan atau wasiat dari khalifah sebelumnya kepada seseorang
untuk menggantikan kedudukannya sebagai khalifah.
2.
Baiat
khalifah
Setelah khalifah terpilih
lalu dilakukan pembaiatan. Baiat artinyasumpah janji atas amanah berupa jabatan
yang diterimanya. Jika seorang khalifah yang telah dibaiat lalu dia tidak bisa
menjalankan amanahnya maka bisa dilakukan pencopotan jabatan
.
Ikhlas
dalam Beribadah
A. Pengertian Ikhlas
Secara bahasa ikhlas artinya membersihkan (bersih, jernih, suci
dari campuran dan pencemaran, baik berupa materi ataupun tidak). Secara
istilah, ikhlas adalah usaha seseorang melakukan perbuatan semata-mata berharap
ridha Allah SWT.
B. Pengertian Ibadah
Ibadah secara khusus adalah taat dan doa, sedangkan secara umum
ialah menurut Fuqaha “segala hokum yang dikerjakan untuk mengharapkan pahala
diakhirat, dikerjakan sebagai tanda pengabdian kita kepada Allah SWT” Jadi,
ibadah adalah kewajiban setiap hamba, ibadah juga merupakan tujuan hidup
manusai dan semuanya itu akan dipertanggung jawabkan.
Allah Ta’ala
tidak akan menerima suatu amalan kecuali setelah terpenuhinya dua syrata yang
sangat mendasar, yaitu amalan tersebut harus dilandasai dengan keikhlasan hanya
kepada Allah SWT, dan pelaksanaan amalan tersebut harus sesuai dengan petunjuk
Rasulullah SAW.
C. Rukun Ikhlas dalam beribadah:
1.
Hatinya
hanya menuju kepada Allah, tida atujuan kecuali kepada Allah saja.
2.
Secara
zahirnya dalam beribadah mengikuti aturan kaidah fiqhiyah (sesuai dengan
syariat islam), bahwa tidak akan diterima amalnya sesorang apabila sesuatu yang
ia amalkan telah menyalahi ajaranNya.
D. Beberapa factor yang mendorong Ikhlas:
1.
Berdoa
2.
Menyembunyikan
amal
3.
Melihat
amal orang shalih yang berada di atasmu
4.
Menganggap
remeh amal
5.
Khawatir
amal tidak diterima
6.
Tidak
terpengaruh perkataan manusia atas amalan yang telah dikerjakan
7.
Sadar
bahwa manusai bukanlah pemilik surge dan neraka
8.
Ingatlah
anda sendirian didalam kubur
E. Ada beberapa hal yang merusak keikhlasan
seseorang, yaitu:
1.
Riya’,
riya’ adalah sesorang menampakkan amalnya dengan tujuan orang lain melihat dan
memujinya.
2.
Ujub,
ujub adalah seseorang berbangga diri dengan amal-amalnya.
3.
Sum’ah.
Sum’ah adalah seseorang beramal dengan tujuan agar orang lain mendengar amalnya
tersebut lalu memujinya.
F. Kiat-kiat menjadi orang ikhlas:
a.
Menumbuhkan
Rasa takut kepada Allah SWT.
b.
Tidak
takut kepada siapapun kecuali Allah SWT.
c.
Berjuang
sekuat-kuatnya demi keridhaan Allah SWT.
d.
Mengharapkan
balasan hanya dari Allah SWT.
e.
Membebaskan
diri dari perkataan orang lain dan hanya mencari ridha Allah SWT.
f.
Menguatkan
hati nurani.
g.
Memahami
bahwa kehidupan didunia ini hanya sementara.
h.
Memikirkan
kematian dan hari pembalasan.
i.
Seseorang
dapat menghadapi kematian dimanapun danj kapanpun
G. Isi Kandungan Surat Al-An’am ayat
162-163 tentang keikhlasan dalam beribadah)
1.
Allah
SWT memerintahkan manusia untuk berserah diri hanya kepadaNya.
2.
Allah
SWT adalah Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam mencipta, memelihara dan
mengatur alam semesta beserta isinya.
3.
Perilaku
Allah SWT untuk berlaku ikhlas dalam berakidah, beribadah, dan beramal.
4.
Perilaku
yang sesuai dengan surat Al-An’am ayat 162-163 antara lain:
a.
Berserah
diri hanya kepada Allah SWT.
b.
Menghambakan
diri dan mengabdi hanya KepadaNya.
c.
Menjalankan
perintah dan menjauhi segala laranganNya
d.
Menjauhkan
diri dari sikap syirik
e.
Beribadah
dengan ikhlas hanya mengharap RidhaNya.
H. Hadist Riyadhus Shalihin No. 1, 7 dan 8
1.
Kandungan
Hadist Riyadhus Shalihin No. 1 :
Niat merupakan suatu keharusan dalam suatu perbuatan baik itu yang
ditunjukkan pada wujud perbuatan itu sendiri seperti shalat maupun sesuatu yang
menajdai sarana bagi perbuatan lainnya, misalnya thaharah. Yang demikian itu
karena ikhlas tidak tergambar wujudnya tanpa adanya niat.
Niat itu tempatnya didalam hati dan tidak perlu dilafadzhkan
dengan lisan dalam semua ibadah, thaharah, shalat, zakat, puasa, haji,
pemerdekaan budak, jihad, dan ibadah-ibadah lainnya.
2.
Kandungan
Hadist Riyadhus Shalihin No. 7 :
·
Pahala
amal perbuatan itu didasarkan pada apa yang diikuti oleh hati dengan rasa
ikhlas dan niat yang tulus.
·
Memperbaiki
hati itu lebih didahulukan daripada perbaikan terhadap anggota badan, sebab
anggota badan hanya akan menbgikuti perintah dan larangan. Olehkarena itu, jika
hati itu baik, maka akan baik seluruh tubuh dan jika hati telah rusak, maka
akan rusak pula seluruh tubuh.
·
Seseorang
bertanggung jawab dan akan dihisab berdasarkan niat dan amalnya. Oleh karena
itu dia harus benar-benar mengarahkan keduanya kejalan yang baik dan lurus
yaitu jalan petunjuk yang datang dari ALLAH dan berasal dari Rasulullah.
3.
Kandungan
Hadist Riyadhus Shalihin No, 8 :
·
Amal
shalih diperhitungkan berdasarkan niat yang benar.
·
Keutamaan
berjihada itu terwujud bagi orang yang berperang di jalan Allah dengan tujuan
meninggikan kalimatNya dan agar agama seluruhnya hanya menjadi milik Allah
semata.
·
Disunnahkan
mempertanyakan alasan dilakukannya suatu perbuatan.
·
Kewajiban
mendahulukan ilmu atas amal,
·
Celaan
atas ketamakkan terhadap dunia dan berperang karena kepentingan pribadi dan
bukan karena ketaatan kepada Allah.
Cara
Mensyukuri Nikmat Allah
A. Pengertian Syukur
Kata syukur diambil dari kata syakara, syukuran dan wa syukuran
yang berarti berterimakasih kepada-Nya. Jadi syukur berarti ucapan sikap dan
perbuatan berterimakasih kepada Allah SWT dan pengakuan yang tulus atas nikmat
dan karunia yang diberikan-Nya.
B. Cara Mensyukuri Nikmat Allah
1.
Surat
Al-Ankabut ayat 17
Menurut surat Al-Ankabut ayat 17 yang artinya “Sesungguhnya apa
yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta.
Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki
kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan
bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.”
Pada surat Al-Ankabut ini Allah memerintahkan 3 hal kepada manusia
yaitu:
1.
Mencari
rezeki hanya kepada-Nya
2.
Beribadah
hanya kepada-Nya
3.
Bersyukur
hanya kepada-Nya
Secara garis besar mensyukuri nikmat Allah dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut yang dikemukakan oleh para ulama, yaitu:
a.
Bersyukur
dengan hati nurani, seperti meyakini didalam hati kita yang paling dalam atas
nikmat-nikmat yang diberikan Allah kepada kita, selalu ingat kepada Allah
tentang apapun yang telah Dia berikan kepada kita.
b.
Bersyukur
dengan lisan/ucapan, seperti berdzikir, bertahlil, bertahmid, istighfar
senantiasa mengucapkan hamdalah setiap kita selesai melakukan sesuatu.
c.
Bersyukur
dengan perbuatan, seperti kita mengerjakan shalat, zakat, puasa dan
melaksanakan semua perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.
2.
Hadist
Ryadhus Shalihin no 1396
Menurut
hadist Riyadhus Shalihin no. 1396 yang artinya “Dari Anas ra, berkata:
“Rasulullah saw bersabda: sesungguhnya Allah benar-benar meridhai seorang
hamba, yakni apabila ia makan suatu makanan ia memuji-Nya atas makanan tersebut
dan apabila minum suatu minuman ia memuji-Nya atas minuman tersebut.” (HR.
Muslim)”
Jadi isi
kandungan Hadist tersebut adalah tentang etika makan dan minum dengan
memanjatkan pujian kepada Allah, baik sebelum ataupun sesudah makan dan minum.
Allah sangat menyukai orang yang apabila ia makan dan minum lalu ia memujiNya
yaitu dengan bacaan basmalah dan hamdalah.
Perintah
untuk bersyukur kepada Allah atas keluasan karuniaNya dan limpahan
nikmat-nikmatNya. Dan bahwasannya bersyukur merupakan jalan keselamatan
sebabanya Allah saja yang berhak mendapatkan pujian atas nikmatNya.
3.
Surat
Az-Zukhruf ayat 9-13 tentang cara mengingat nikmat Allah
Isi
Kandungan dari surat Az-Zukhruf ayat 9-13 adalah
·
Bahwa
orang musyrik sekalipun mengakui bahwa yang memberi nikmat itu adalah Allah.
·
Banyak
nikmat Allah yang diberikan kepada manusia, bumi sebagai tempat hidup manusia
dengan berbagai sarananya. Hujan (air yang turun dari langit) sebagai sumber
kehidupan. Dengan air, tanah yang gersang menjadi subur.
·
Kemudian
Allah juga menciptakan pasangan semua hal yang Dia ciptakan. Ada siang ada
malam, ada laki-laki ada perempuan, ada panas ada dingin, ada positif ada
negatif dan seterusnya. Semua itu merupakan bagian dari nikmat Allah yang
diberikan kepada makhluknya khususnya manusia.
·
Nikmat-nikmat
itu diberikan kepada manusia agar mereka dapat hidup sejahtera. Dengan nikmat
yang diberikan Allah, sewajarnya manusia selalu mengingat nikmat itu dari mana
datangnya, sehingga tidak menjadi manusia yang kafir (mengingkari nikmat). Bagi
yang memiliki binatang ternak, tumbuhan (kebun atau lading) dan atau
penghasilan lebih harus mengeluarkan hak untuk fakir miskin dan
sebagainya.
C. Mempraktikkan Perilaku Syukur kepada
Allah SWT
1. Mengakui atau mengimani Allah swt.
sebagai pemiberi nikmat yang tidak terhingga, sehingga menghitungnya saja
manusai tidak mampu
2. Senantiasa mengucap hamdalah dan
mengikhlaskan dalam hati hanya bagi Allah swt.
3. Menggunakan nikmat-Nya sesuai dengan
kehendak-Nya yaitu menggunakan nikmat tersebut untuk maksud-maksud yang
diridhai-Nya, tidak menggunakan nikmat itu untuk maksud yang dimurkai-Nya
seperti untuk maksiat.
4. Sebelum menggunakan nikmat-Nya, manusia
perlu membaca basmalah dan kemudian berdoa.
5. Berterimakasih kepada orang yang
berbuat baik kepada kita, dan bila mungkin membalasnya dengan yang lebih baik
atau paling kurang dengan kebaikan yang setara. Tanda orang bersyukur adalah
berterimakasih kepada sesame manusia.
6.
Jika engkau mendapatkan nikmat dari Allah, jangan lihat besar
kecilnya nikmat, tapi
lihatlah yang memberi nikmat (Rabbul ’alamin).
lihatlah yang memberi nikmat (Rabbul ’alamin).
7.
Lihatlah yang berada di bawah kita (kaitannya dengan nikmat)
8.
Sadarilah bahwa yang mampu memberikan hidayah untuk bersyukur
hanyalah
Allah semata.
Allah semata.
9.
Meyakini dalam hati bahwa nikmat yang diterima semata-mata
pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Lingkungan Hidup
A.
Pengertian Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 “Lingkungan Hidup adalah
kesatuan ruang dnegan seluruh benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk lain.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi Lingkungan Hidup :
1)
Jenis dan jumlah masing-masing lingkungan hidup
2)
Hubungan atau interaksi antar manusia dalam lingkungan hidup
3)
Kelakuan aatau kondisi unsur lingkungan hidup.
4)
Factor non material seperti, suhu, cshaya, dan lain-lain
5)
Keadaan fisik akan berpengaruh terhadap keadaan ekonomi,
sedangkan kondisi ekonomi akan berpengaruh terhadap keadaan social dan
penduduk.
B.
Q.S Al-Baqarah ayat 204-206
Pada
surat Al-Baqarah ayat 204-206, menggambarkan dua tipe manusia yaitu:
1.
Tipe pertama, orang yang ucapannya mengagumkan kita bahkan
ditambah sumpah, padahal ia adalah musuh yang sangat keras. Apabila ia telah
berpaling atau berkuasa yakni setelah tercapai keinginannya ia berkata lain
serta membuat kerusakan. Kita diperingatkan untuk berhati-hati karena ia adalah
orang jahat dan musuh Islam.
2.
Tipe kedua, orang yang mengorbankan segalanya untuk dakwah
Islam dan manusia yang berdagang hanya kepada Allah.
C.
Q.S Ar Ruum ayat 41-42
Pada surat Ar Ruum ayat 41-42 , Allah memperingatkan bahwa kerusakan
yang terjadi didunia ini, baik di darat atau dilaut adalah akibat dari ulah
perbuatan manusaia itu sendiri. Allah memperingatkan itu karena dampak
negatifnya akan dirasakan oleh manusia itu sendiri. Dan untuk membuktikan bahwa
kerusakan itu ulah manusia yang tidak bertanggung jawab, kta dipersilahkan
untuk mengadakan penelitian terhadap mereka yang berbuat kerusakan dan
bagaimana kesudahannya.
D.
Q.S Al-A’raf ayat 56-58
Dalam surat Al-A’rf ayat 56, Allah memperingatkan bahwa semua
yang diciptakan Allah itu agar dipelihara dan digunakan sebesar-besarnya untuk
kemanfaatan dan kemaslahatan umat manusia, dan larangan untuk membuat kerusakan
terhadap apa yang telah Allah berikan kepada umat manusai.
Sementara pada ayat 57 dan 58, menjelaskan bagaimana proses
terwujudnya rezeki atau kenikmatan yang diterima manusia. Proses terwujudnya
rezeki di analogikan Allah dengan proses turunnya hujan. Begitulah tanda-tanda
Allah bagi orang-orang yang bersyukur.
E.
Q.S Sad ayat 27
Pada surat Sad ayat 27, menjelaskan bahwa segala yang
diciptakan oleh Allah itu pasti mempunyai hikmah atau mempunyai manfaat, langit
dan bumi serta segala isinya diciptakan oleh Allah tidak mungkin tanpa hikmah
pasti ada hikmahnya, an jika ada orang yang menganggap bahwa apa yang
diciptakan oleh Allah itu tanpa hikmah adalah termasuk orang-orang kafir, dan
tentunya akan masuk neraka.
F.
Q.S Al-Furqon 45-50
Pada surat Al-Furqon ayat 45-46 Allah mengajak umat manusia
untuk memperhatikan salah satu ciptaan kebesarannya yaitu berupa baying-bayang
sesuatu dari sianr matahari dari terbit sampai terbenam. Dan Dia jadikan
matahari an bayangannya sebagai petunjuk bagi umat manusia sehingga manusai
mengenal waktu pagi, siang, sore dan malam.
Pada ayat 47, Allah menjelaskan ciptaanya, seperti malam hari
Allah ciptakan agar bisa tidur dan bisa beriistirahat dari segala aktivitas dan
pada siang hari Allah ciptakan waktu untuk bergerak mencari rezeki.
Pada ayat 48,49, dan 50, Allah menerangkan waktu dia cptakan
angina sebagai kabar pembawa gembira atas datangnya rahmat Allah, yaitu hujan.
Allah menjelaskan tentang keadaan hujan itu dan keadaan semacam itu harusnya
menjadi pelajaran bagi umat manusia. Akan tetapi justru kebanyakan umat manusia
memungkiri nikmat Allah tersebut.
Pola Hidup Sederhana dan Kesehatan
A. Pengertian Pola Hidup Sederhana
Pola hidup adalah cara kita berperilaku
sehari-hari,sejak bangun tidur hingga tidur lagi, misalnya tidur, makan, mandi,
berolahraga, dan belajar. Pola hidup dapat disamakan dengan kebiasaan. Bila kita memiliki kebiasaan
buruk, berarti kita juga memiliki pola hidup yang buruk, begitu pun sebaliknya.
Kebiasaan yang baik menandakan kita telah melakukanpola hidup yang
baik.Sederhana secara terminlogi adalah kebiasaan seseorang untuk berperilaku
sesuai kebutuhan dan kemampuannya. Jadi, pola hidup sederhana adalah kebiasaan
atau perilaku sehari-hari yang dilakukan sesuai kebutuhan dan kemampuan serta
tidak berlebih-lebihan.
B. Pola hidup sederhana menurut Al-Quran dan Hadist
·
Ciri-ciri pola
hidup sederhana
1. Wajar, yaitu pola hidup hidup disesuaikan dengan
kebutuhan bukan keinginan.
2. Pintar, yaitu menggunakan harta dengan perhitungan
yang pintar.
3. Bijak, yaitu selalu mempertimbangkan manfaat dan
kerugian atas barang yang ingin dibeli atau perilaku yang di inginkan.
·
Cara hidup
sederhana
1. Tidak berlebihan.
ü Tidak bersikap sombong dengann harta yang
dimilikinya.
ü Menjadikan harta sebagai media untuk beribadah
kepada Allah SWT.
ü Menjadikan harta sebagai media untuk mencari ilmu.
ü Menghindari sikap boros.
2. Pemboros sahabatnya setan.
3. Larangan kikir dan boros.
4. Menyantuni dhuafa.
·
Penerapan sikap
dan perilaku di Surah Al-Baqarah ayat 177.
1. Bekerja dengan tekun untuk mencari nafkah demi
keluarga.
2. Suka menabung dan tidak pernah berlaku boros
meskipun memiliki banyak harta.
3. Menjauhi segala macam kegiatan yang sia-sia dan
menghabiskan waktu percuma.
4. Suka bersedekah, khususnya terhadap orang yang
kekurangan dimulai dari keluarga dan tetangga terdekat.
5. Mempelajari ilmu agama dan mengamalkan dalam
kehidupan sehhari-hari.
C. Pengertian Kesehatan dalam Perspektif Islam
Dalam bahasa arab kata sehat diungkapkan dengan
kata as-sihhah atau yang seakar dengannya yaitu keadaan baik, bebas dari
penyakit dan kekurangan sera dalam keadaan normal. Adapun tujuan islam
mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah menciptakan individu dan
masyarakat yang sehat jasmani, rohani, dan sosial sehingga umat manusia mampu
menjadi umat yang pilihan.
D. Pola hidup sehat menurut Al-Quran dan Hadist
1. Mengonsumsi makanan yang bergizi.
2. Makan makanan yang sesuai aturan.
3. Tidak makan dan minum secara berlebihan.
4. Urgensi gerak badan dan olahraga bagi kesehatan
tubuh.
5. Menghindar/berhenti dari kebiasaan bodoh yang
menjijikan.
6. Menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan
sekitar kita.
7. Hindari stress.
8. Melakukan upaya penyumbuhan dan pencegahan.
9. Melakukan hubungan seksual yang sehat.
0 komentar:
Posting Komentar