A.
Lingkungan
Pendidikan
Menurut
Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan
alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita,
pertumbuhan, perkembangan atau life process. Lingkungan
merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar
terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal dalam satu lingkungan yang
disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarnya lingkungan
mencakup lingkungan fisik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial.
Lingkungan Pendidikan adalah segala
sesuatu yang ada di luar diri anak dalam alam semesta ini yang menjadi wadah
atau wahana, badan atau lembaga berlangsungnya proses pendidikan yang merupakan
bagian dari lingkungan sosial. Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah
membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya
(fisik, sosial, dan budaya), dan utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang
tersedia agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal. Selain itu,
penataan lingkungan pendidikan tersebut terutama dimaksudkan agar proses
pendidikan dapat berkembang efisien dan efektif[1]
Dalam dunia
pendidikan, keberadaan sistem informasi merupakan salah satu komponen yang
tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pendidikan itu sendiri. Manajemen dalam
menggambarkan hubungan kedua aspek tersebut dimana pendidikan sebagai penggerak
(drive) terhadap sistem informasi pendidikan, sedangkan sistem informasi pendidikan akan menjadi
penentu kinerja pendidikan.
Dalam sebuah lembaga pendidikan memiliki
komponen-komponen yang diperlukan untuk menjalankan operasonal pendidikan,
seperti siswa/mahasiswa, sarana-prasarana, struktur organisasi, proses, sumber
daya manusia (pendidik) dan biaya organisasi. Adapun sistem informasi terdiri
dari komponen-komponen pendukung lembaga pendidikan untuk menyediakan informasi
yang dibutuhkan pihak pengambil keputusan saat melakukan aktivitas pendidikan. [2]
Sistem informasi terbentuk dari komponen-komponen
perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan perangkat manusia (brainware).
Dalam teori manajemen untuk menjalankan sebuah lembaga pendidikan, strategi
lembaga pendidikan dan strategi sistem informasi harus saling mendukung
sehingga dapat menciptakan keunggulan bersaing (competitive advantage) lembaga
pendidikan yang bersangkutan.[3]
Beberapa hal yang perlu diamati dalam lingkungan pendidikan,
antara lain yaitu:
1.
Sebuah
lembaga pendidikan hanya dapat mengontrol domain internal, namun domain
eksternal diluar kemampuan lembaga pendidikan tersebut. Persaingan yang terjadi
di antara lembaga pendidikan sebenarnya melakukan pendayagunaan terhadap sumber
daya yang dimiliki sehingga menghasilkan jasa pendidikan yang lebih baik, harga
terjangkau, kualitas terbaik, dapat disajikan tepat waktu dari pesaing yang
berada di luar jangkauan lembaga pendidikan tersebut.
2.
Masyarakat
sebagai pengguna jasa pendidikan sangat dipengaruhi oleh trend yang
berubah-ubah sewaktu-waktu. Perubahan terjadi secara cepat karena terbukanya
arus komunikasi dan informasi global dari mancanegara. Persaingan yang terjadi
cenderung menciptakan lingkungan yang berubah secara cepat dan dinamis. Karena
itu lembaga pendidikan dituntut untuk cepat beradaptasi dengan lingkungan luar.
3.
Pada
abad informasi ini secara langsung maupun tidak langsung, kemajuan teknologi
informasi akan memberikan dampak yang signifikan terhadap entitas dalam
mengoperasikan lembaga pendidikan.[4]
B.
Teknologi
Informasi untuk Mendorong Keunggulan Bersaing Lembaga Pendidikan
Banyak pendapat mengatakan teknologi informasi merupakan salah
satu senjata persaingan. Hal itu tidak perlu diragukan karena teknologi
informasi salah satu alat untuk meningkatkan efisiensi aktivitas operasional
lembaga pendidikan. Tampak fenomena yang menjadi pilihan masyarakat adalah
lembaga pendidikan yang telah memiliki perangkat teknologi informasi yang
memadai untuk mendukung berbagai aktivitas operasional lembaga pendidikan
tersebut. Hal itu disebabkan oleh penilaian masyarakat tentang kualitas
pendidikan dapat dilihat dari kemampuan sebuah lembaga pendidikan dalam
memberikan pelayanan jasa pendidikan diantaranya teknologi informasi. Teknologi
informasi yang berguna bagi dunia pendidikan bisa menyajikan aktifitasnya
secara lebih cepat dan memiliki nilai tambah sehingga dunia pendidikan akan
menghasilkan output yang memiliki daya jual (sellable) tinggi.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi informasi yang
sedemikian cepat tidak saja mengubah cara orang berkomunikasi dan bekerja, namun
lebih jauh lagi telah membuat alam persaingan baru. Michael Porter, 1995, dalam
manjemen strategi memperkenalkan Five Forces (lima kekuatan) yang harus
dicermati oleh pihak pimpinan lembaga pendidikan. Five Forces dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1.
Persaingan
antarlembaga pendidikan yang sudah ada (rivalry among existing institution).
Ancaman
pertama biasanya datang dari para pesaing yang lama, yaitu kumpulan lembaga
pendidikan yang menawarkan program pendidikan relative sama di mata pengguna
jasa pendidikan. yang menjadi ancaman disini adalah jika para pesaing telah
menggunakan teknbologi informasi untuk menyajikan program-program yang
cheaper,better, maupun faster.
2.
Ancaman
dari lembaga pendidikan pendatang baru (threat of new entrant).
Datangnya
ancaman yang kedua yaitu datangnya para peaing baru dalam dunia pendidikan.
dalam era globalisasi informasi lembaga pendidikan baru adalah lembaga
pendidikan yang secara fisik datang dan berada pada lingkungan (local,
regional, maupun nasonal)
3.
Ancaman
dari lembaga pendidikan yang menawarkan jasa pendidikan pengganti (threat of
substitute educations service).
Ancaman
ini datang dari kemampuan teknologi informasi untuk menciptakan program
pendidikan pengganti.
4.
Kekuatan
tawar-menawar pemasok/masyarakat yang membutuhkan jasa pendidikan (bargaining
power of suppliers).
Dalam
hal ini jika masyarakat memutuskan hubungan atau tidak memilih lagi lembaga
pedidikan tertentu maka lembaga pendidikan yang bersangkutan tidak akan survive
dan akan mengalami penurunan jumlah siswa. oleh karena itu lembaga pendidikan
yang ingin mempertahankan eksistensinya harus berorientasi kepada program
pendidikan yang betul-betul dibutuhkan oleh masyarakat.
5.
Kekuatan
tawar-menawar pembeli (bargaining power of buyer).
Kekuatan ini dengan mudah bertambah karena beberapa faktor berikut.
Kekuatan ini dengan mudah bertambah karena beberapa faktor berikut.
a.
Era
globalisasi telah membuka batas-batas geografis negara sehingga program
pendidikan sejenis maupun program pendidikan pengganti yang ditawarkan akan
membanjir pasar lokal.
b.
Prinsip
program jasa pendidikan yang ditawarkan lembaga pendidikan international
biasanya lebih baik dibandingkan dengan jasa pendidikan lokal.
c.
Berlakunya
undang-undang yang secara efektif melindungi konsumen (pengguna jasa pendidikan
) dari perilaku pendidikan yang melakukan kesalahan.
d.
Kebutuhan
penggunaan jasa pendidikan yang semakin bertambah sejalan dengan tantagan baru
dalam dunia bisnis, terutama pesatnya perkembangan teknologi informasi.[5]
C.
Menciptakan
Keunggulan Bersaing Lembaga Pendidikan
Salah
satu fasilitas yang ditawarkan oleh teknologi informasi dalam dunia pendidikan
adalah pembentukan jaringan komunikasi antara lembaga pendidikan untuk
meningkatkan efesiensi dan efektifitas. Fenomena kerja sama antar lembaga
pendidikan yang lebih baik. Ada tiga jenis jaringan yang bisa dibentuk dalam
jaringan komunikasi antarlembaga pendidikan yaitu intranet, internet dan
ekstranet sistem antarorganisasi (Inter Organizational System/IOS) akan
terbentuk jika dua atau lebih organisasi (lembaga pendidikan) bekerja sama
dalam pemakaian teknologi informasi. Fenomena yang muncul belakangan ini tidak
terlepas dari kemajuan teknologi informasi yang menawarkan berbagai jenis
pelayanan yang berbasis elektronik. Secara integral ada tiga jenis sistem yang
ditawarkan bagi lembaga pendidikan untuk mengimplementasikan IOs, yaitu sebagai
berikut:
1.
Intranet,
jaringan internal lembaga pendidikan yang menghubungkan antara kantor pusat dan
kantor cabang yang terpusat secara geografis, baik lokal maupun regional.
2.
Internet,
jaringan komputer publik yang berpotensi sebagai penghubung lembaga pendidikan
dengan para pengguna program pendidikan atau calon siswa atau mahasiswanya.
3.
Eksternet,
jaringan yang dibangun sebagai alat komunikasi antara lembaga pendidikan dan
lembaga pendukungnya, seperti departemen pendidikan, masyarakat, pemerintah dan
dunia usaha.
Lembaga pendidikan yang tertarik untuk melakukan IOS
memiliki alasan populer yang mendasarinya, yaitu sebagai berikut:
1. Program Baru (New
Programme)
Tujuan diadakan kerja sama antarlembaga
pendidikan adalah untuk menghasilkan jasa pendidikan yang tidak mungkin
dihasilkan oleh lembaga pendidikan jika berdiri sendiri (New Line Of
Operation).
2. Pelayanan Baru (New
Service)
Di samping sara pelayanan pendidikan yang
bersifat fisik, pelayanan baru juga mungkin ditawarkan oleh lembaga pendidikan
yang bekerja sama.
3. Efisiensi
Alasan mengadakan kerja sama antarlembaga
pendidikan, yaitu untuk efiseinsi (terlaksananya proses yang lebih murah dan
cepat).
4. Hubungan antara Lembaga
Pendidikan dan Masyarakat.
Bentukan kerja sama lain terjadi antara
lembaga pendidikan dan masyarakat, baik sebagai penyedia calon siswa atau
mahsiswa untuk lembaga pendidikan ataupun sebagai pengguna jasa pendidikan
tersebut.[6]
a. Pemanfaatan dan penerapan
sistem informasi di masyarakat
Pada
era globalisasi saat ini, perkembangan dan kemajuan teknologi berjalan dengan
sangat cepat. Karena hal itulah membuat informasi sangat penting dan berharga
dalam kehidupan sehari-hari, bahkan harga sebuah informasi menjadi sangat mahal
di zaman sekarang ini. Maka dari itu dibutuhkan akses informasi yang cepat pula
agar kita tidak tertinggal informasi. Oleh karena itu, di setiap bidang
kehidupan kita telah dikembangkan sistem informasi agar dapat lebih mudah, cepat,
efisien dan tepat dalam mendapatkan informasi.
Contohnya di bidang pendidikan dan
kesehatan. Di bidang pendidikan, akses informasi yang cepat dapat memudahkan
proses pendidikan. Di Indonesia sendiri sedang digalakkan penggunaan sistem
informasi di setiap sekolah dan universitas agar harapan bahwa pendidikan di
Indonesia dapat lebih baik, begitu pula di bidang kesehatan. Informasi bidang
kesehatan sangat diperlukan oleh masyarakat agar mereka tidak ketinggalan
informasi. Apalagi akhir-akhir ini banyak wabah penyakit yang terjadi di
Indonesia, oleh karena itu informasi tentang wabah penyakit tersebut sangat
diperlukan sebagai pencegahan dan penanggulangan.[7]
b. Penggunaan Sistem Informasi
dalam Dunia Pendidikan
Ketidakefektifan
adalah kata yang paling cocok untuk sistem pembelajaran di Indonesia ini yang
mengandalkan tatap muka antara guru dan murid, dosen dengan mahasiswa, dan
pelatih dengan peserta latihan. Namun institut yang masih menggunakan sistem
tradisional ini mengajar dengan sangat lambat dan tidak seiring dengan
perkembangan IT. Sistem konvensional ini seharusnya sudah ditinggalkan sejak
ditemukannya media komunikasi multimedia. Karena sifat internet yang dapat
dihubungi setiap saat, artinya siswa dapat memanfaatkan program-program
pendidikan yang disediakan di jaringan internet kapan saja sesuai dengan waktu
luang mereka, sehingga kendala ruang dan waktu yang mereka hadapi untuk mencari
sumber belajar dapat teratasi.
Arti IT bagi dunia pendidikan
seharusnya berarti tersedianya saluran atau sarana yang dapat dipakai untuk
menyiarkan program pendidikan. Namun pemanfaatan IT di Indonesia baru memasuki
tahap mempelajari berbagai kemungkinan pengembangan dan penerapan IT untuk
pendidikan memasuki millenium ketiga ini. Contoh penerapan sistem informasi
dalam dunia pendidikan adalah layanan sistem informasi akademik di sekolah atau
di universitas. Siswa atau Mahasiswa dapat mengisi kartu rencana studi, melihat
hasil belajar, memberikan penilaian terhadap dosen, melihat informasi beasiswa,
dan informasi akademik lainnya. Informasi yang diwakilkan oleh komputer yang
terhubung dengan internet sebagai media utamanya telah mampu memberikan
kontribusi bagi proses pendidikan.
Teknologi interaktif ini memberikan
katalis bagi terjadinya perubahan mendasar terhadap peran guru: dari informasi
ke transformasi. Setiap sistem sekolah harus bersifat moderat terhadap
teknologi yang memampukan mereka untuk belajar dengan lebih cepat, lebih baik,
dan lebih cerdas. Contoh peranan informasi dalam pendidikan adalah:
1)
Akses
perpustakaan
2)
Melaksanakan
kegiatan belajar mengajar secara online
3)
Menyediakan
layanan informasi akademik suatu institusi pendidikan
4)
Menyediakan
fasilitas mesin pencari data
5)
Menyediakan
fasilitas diskusi
6)
Menyediakan
fasilitas direktori alumni dan sekolah[8]
5. Outsourcing
(Menggunakan Jasa Lain untuk
Membantu Melakukan Aktivitas Pendidikan)
Lembaga pendidikan
dalam menjalankan aktivitasnya tidak terlepas dari berbagai keterbatasan, baik
keterbatasa sumber daya manusia, modal maupun sarana prasarana.
6. Membangun Citra Lembaga
Pendidikan (Image Building)
Masih banyak lagi
alasan untuk memutuskan diadakannya kerja sama, baik dengan lembaga pendidikan
yang sama maupun lembaga lain yang dapat menunjang kelancaran aktivitas lembaga
pendidikan tersebut.
7. Operasi Bersana (Joint
Operation)
Operasional yang
dilakukan bersama-sama antarlembaga pendidikan baik antarlembaga pendidikan
formal, maupun antara lembaga pendidikan formal dan nonformal.[9]
D.
TI sebagai Aset Utama Lembaga Pendidikan dalam
Jangka Panjang
Kecepatan
perkembangan teknologi informasi sangat tinggi sehingga dangat sulit bagi
lembaga pendidikan untik menyusun strategi mempertahankan eksistensinya dalam
jangka panjang. Ada tiga kuci utama yang mendukung teknologi informasi untuk
dijadikan aset lembaga pendidikan dalam jangka panjang, yaitu sebgai berikut.
1. Sumber Daya Manusia
Yang
dimaksud sumber daya manusia adalah para staff penangung jawab perencanan dan
pengembangan teknologi informasi pada sebuah lembaga pendidikan. Dengan demikian, para staf tersebut benar-benar
bertanggung jawab terhadap pengoperasian teknologi informasi, memiliki
kompetensi untuk memecahkan masalah yang dihahadapi lembaga pendidikan
sehari-hari, dan selalu mencari kesempatan mengguanakan teknologi informasi
untuk kemajuan lembaga penididkan tersebut. Melalui kombinasi aktifitas seperti
pelatihan, pengalaman bekerja, kemampuan manajerial, dan kepemimpinan yang
berkualitas, staf teknologi, informasi tersebut akan memiliki pengetahuan dan
kompetensi yang dibutuhkan.
Faktor SDM yang
menjadi staff pengembangan teknologi informasi dalam lembaga pendidikan harus memiliki tiga dimensi berikut.
1.
Keahlian
teknis sumber daya manusia sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan, mengingat
cepatnya perkembangan teknologi informasi yang terjadi. Keahlian teknis yang
dimiliki seorang staf teknologi informnasi terutama untuk selalu mempelajari
hal-hal baru.
2.
Pengetahuan
mengenai dunia pendidikan biasanya diperoleh dari hasil interkasi antar SDM
yang terlibat dalam dunia pendidikan, dan mengethaui proses operasional lembaga
pendidikan yang menggunakan bantuan teknologi informasi serta kemungkinan untuk
meningkatakan nilai tambah bagi lembaga pendidikan tersebut.
3.
Orientasi
pada pemecahana masalah. Hal ini tidak terbatas pada karakteristik SDM secara
tradisional yang hanaya terpaku [ada tugas tugas rutin. Akan tetapi, SDM yang
dibutuhkan cenderung merupakan kumpulan orang yang selalu berpikir kritis dan
kreatif dlam memecahkan masalah yang terjadi pada lembaga pendidikan.
2. Teknologi
Seluruh
infrastruktur teknologi informasi, termasuk perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software) diperguanakan secara bersama-sama dalam proses
operasional lembaga pendidikan karena merupakan tulang punggung terciptanya
sistem yang terintegrasi, dengan biaya yang relatif terjangkau, untuk biaya
operasional, pengembangan, maupun biaya pemeliharaan. Dalam jangkan pendek,
menengah, maupun jangaka panjang lembaga pendidikan harus mengembangkan
infrastrukturnya.
3. Relasi
Yang
dimaksud dalam hal ini adalah hubungan teknologi informasi dengan pihak
manajemen lembaga pendidikan sebagai pengambil keputusan (decision maker).
Menjalin suatu relasi berarti mebagi resiko dan tanggung jawab. Dalam
mewujudkan relasi ini harus didukung oleh pimpinan tertinggi dari lembaga pendidikan
sehingga akan bertanggung jawab pada aplikasi teknologi infromasi yang
berorientasi terhadap proses bukan berdasrkan fungsi organisasi. Disamping itu,
pimpinan tertingi lembaga pendidikan diharapkan mampu memutuskan skala
prioritas pengembangan dan implementasi dari teknologi informasi berdasarkan
skala kepentingan lembaga pendidikan, serta harus dituangkan dalam cetak biru (
blueprint) panduan perencanaan dan pengembangan sistem informasi manajemen
pendidikan.[10]
[1] Akhmad Hafidz Luqman, Pengertian, Jenis, dan Fungsi
Lingkungan Pendidikan, (http://hafidzeducation.files.wordpress.com, accessed on September 6, 2014 20:11)
[2] Ety Rochaety, dkk, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2006), cet ke-2, hlm. 14.
[3] Ibid, hlm. 15
[4] Ibid, hlm. 16
[5] Ibid, hlm. 17-20
[6] Ibid, hlm. 22-23.
[7] Syopiansyah Jaya Putra, dan A’ang Subiyakto, Pengantar
Sistem Informasi, (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006), cet-1, hlm. 126
[8] Ibid, 127-129
[9] Ety Rochaety, dkk. op. cit. hlm. 24
[10] Ibid, hlm. 25-26
0 komentar:
Posting Komentar