Penerapan Sosiologi dan
Antropologi Pendidikan dalam Mengatasi Penyimpangan Seksual
Makalah ini dibuat dan diajukan dalam memenuhi tugas Ujian Tengah
Semester pada mata kuliah Sosiologi dan Antropologi Pendidikan
Dosen
Pengampu :
Cut Dhien Nourwahida, MA.
Penyusun
:
Riska Hardiani
Semester
II
Kependidikan Islam -
Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan
Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
2014
A.
Latar
Belakang Penulisan
Di era globalisasi dan informasi ini, sulit bagi
seseorang membendung informasi dari berbagai penjuru, termasuk informasi
seputar seks. Di tengah-tengah era informasi, gelombang pornografis dan
pergaulan bebas menjadi gejala trend di abad modern. Pergaulan dan penyimpangan
seks yang sudah banyak dilakukan tentunya sangat mencemaskan.
Penyimpangan seksual merupakanperbuatan tercela,
diharamkan agama, dan merusak norma-norma sosial serta menimbulkan berbagai
penyakit kelamin. Namun fenomena dimasyarakat masih banyak perbuatan atau
peristiwa penyimpangan seks yang terjadi.[1]
Fenomena dari adanya masyarakat modern atau modernisasi
yang terjadi di masyarakat adalah longgarnya ikatan kekeluargaan dan
kecenderungan hidup masyarakat yang serba membolehkan. Faktor inilah yang
menimbulkan terjadinya pergeseran nilai, moral, etika, dan agama yang salah
satu dampaknya adalah adanya perilaku seksual yang menyimpang.
Maka dari itu di dalam makalah ini akan dibahas mengenai
bagaimana “Penerapan
Sosiologi dan Antropologi Pendidikan dalam mengatasi Penyimpangan Seksual”.
B.
Pengertian
Penyimpangan Seksual
Penyimpangan seksual terdiri atas dua suku kata yaitu
penyimpangan dan seksual. Penyimpangan berasal dari kata “simpang” yang
memiliki empat pengertian. Pertama, berarti proses, cara perbuatan yang
menyimpang atau menyimpangkan. Kedua, membelok menempuh jalan yang lain.
Ketiga, tidak menurut apa yang sudah ditentukan, tidak sesuai dengan rencana.
Keempat, menyalahi kebiasaan, menyeleweng dari hukum, kebenaran dan agama.[2]
Kata “seksual” mempunyai dua pengertian. Pertama,
berarti menyinggung hal reproduksi atau perkembangan lewat penyatuan dua
individu yang berbeda yang masing-masing menghasilkan sebutir telur dan sperma.
Kedua, secara umum berarti menyinggung tingkah laku, perasaan atau emosi yang
berasosiasi dengan perangsangan alat kelamin, daerah-daerah erogenous, stsu
dengan proses perkembangbiakan.[3]
Jadi dapat disimpulkan bahwa penyimpangan seksual
merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang dan melanggar norma-norma dalam
kehidupan masyarakat. Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang
ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual yang tidak sewajarnya.
C.
Bentuk-Bentuk
Penyimpangan Seksual
Bentuk-bentuk penyimpangan seksual antara lain, sebagai
berikut:
1.
Homoseksual
Homoseksual yaitu
perilaku seksual yang cenderung tertarik pada seseorang yang berjenis kelamin
sama atau sejenis. Pria yang melakukan tindakan seksual demikian disebut
homoseks atau gay, sedangkan lesbian adalah sebutan bagi wanita yang berbuat
perilaku serupa.
2.
Transeksual
Transeksual yaitu
perilaku seseorang yang cenderung merubah karakteristik seksualnya. Hal
tersebut menyangkut konflik batiniyah mengenai identitas diri yang bertentangan
dengan identitas sosial. Contohnya, seorang laki-laki yang ingin menjadi perempuan,
demikian sebaliknya. Biasnaya perilaku seksual ini lebih disebabkan oleh
pengaruh lingkungan sosial seperti orang sekitar atau pola pergaulannya.
3.
Sadomasokisme
Sadomasokisme terdiri
dari dua kata yaitu sadisme dan masokisme. Sadisme yaitu kepuasan seksual yang
diperoleh bila mereka melakukan hubungan seksual dengan terlebih dahulu
menyakiti atau menyiksa pasangannya, sedangkan masokisme merupakan kebalikan
dari sadisme, yaitu seseorang sengaja mmembiarkan dirinya disakiti atau disiksa
untuk memperoleh kepuasan seksual.
4.
Ekshibisme
Ekshibisme yaitu
perilaku seksual yang memperoleh kepuasan seksual dengan cara memperlihatkan
alat kelaminnya kepada orang lain sesuai dengan kehendaknya. Bila korban
terkejut, jijik, dan menjerit ketakutan, maka ia akan semakin terangsang.
Kondisi tersebut sering terjadi pada pria.
5.
Voyeurisme
Voyeurisme adalah
perilaku seksual yang memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip atau
melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi, bahkan berhubungan seksual.
Setelah mengintip ia tidak melakukan tindakan lebih lanjut dari yang
diintipnya.[4]
6.
Fetishisme
Fetishisme adalah
perilaku seksual yang disalurkan melalui bermasturbasi dengan BH (Breast
Holder), celana dalam, kaos kaki, atau benda lain yang meningkatkan hasrat atau
dorongan seksualnya. Namun, ada juga yang meminta pasangannya untuk mengenakan
benda-benda favoritnya, kemudian melakukan hubungan seksual yang sebenarnya
dengan pasangan tersebut.[5]
7.
Pedophilia / Pedophil / Pedofilia / Pedofil
Pedofilia adalah
pemuasan seksual dengan anak dibawah umur yang menjadi objeknya, baik sejenis
(pedophilia homseksual), ataupun yang berbeda jenis (pedophilia heteroseksual)
8.
Transvestitisme
Transvestitisme adalah
abnormalitas seksual pada laki-laki heteroseksual dalam memperoleh kepuasan
seksual dengan memakai pakaian wanita.[6]
9.
Bestially
Bestially adalah manusia yang suka melakukan hubungan seks dengan binatang seperti kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing, dan lain sebagainya.
Bestially adalah manusia yang suka melakukan hubungan seks dengan binatang seperti kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing, dan lain sebagainya.
10.
Necrophilia/Necrofil
Adalah orang yang suka melakukan hubungan seks dengan orang yang sudah menjadi mayat / orang mati.
Adalah orang yang suka melakukan hubungan seks dengan orang yang sudah menjadi mayat / orang mati.
11.
Sodomi
Sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan seks baik pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan pasangan perempuan
Sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan seks baik pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan pasangan perempuan
12.
Frotteurisme/Frotteuris
Yaitu suatu bentuk kelainan sexual di mana seseorang laki-laki mendapatkan kepuasan seks dengan jalan menggesek-gesek / menggosok-gosok alat kelaminnya ke tubuh perempuan di tempat publik / umum seperti di kereta, pesawat, bis, dll.
Yaitu suatu bentuk kelainan sexual di mana seseorang laki-laki mendapatkan kepuasan seks dengan jalan menggesek-gesek / menggosok-gosok alat kelaminnya ke tubuh perempuan di tempat publik / umum seperti di kereta, pesawat, bis, dll.
13.
Gerontopilia
adalah suatu perilaku penyimpangan seksual dimana sang pelaku jatuh cinta dan mencari kepuasan seksual kepada orang yang sudah berusia lanjut (nenek-nenek atau kakek-kakek).[7]
adalah suatu perilaku penyimpangan seksual dimana sang pelaku jatuh cinta dan mencari kepuasan seksual kepada orang yang sudah berusia lanjut (nenek-nenek atau kakek-kakek).[7]
D. Faktor-Faktor Penyebab
Penyimpangan Seksual
Kartini Kartono menyebutkan ada dua factor yang menyebabkan
penyimpangan seks, yaitu:
1.
Factor
instrinsik
Yaitu factor-faktor
herediter atau keturunan berupa predisposisi (kecenderungan khusus yang
mengarah kepada suatu keadaan) dan konstitusi jasmaniah dari mentalnya.
2.
Factor
ekstrinsik
Yaitu factor yang
mencakup adanya kerusakan-kerusakan psikis dan fisik disebabkan oleh
pengaruh-pengaruh dari luar, atau oleh adanya interaksi pengalaman dengan
lingkungan yang traumatis sifatnya.[8]
Sedangkan menurut Ma’ruh Asrori disebabkan oleh dua factor yaitu:
1.
Factor
endogen (dari dalam), yakni lemahnya iman dan intelegensinya tidak dapat
mengendalikan hawa nafsu.
2.
Factor
eksogen, yakni datang dari hampir setiap aspek kehidupan modern yang tumbuh dan
berkembang tidak atas dasar konsep agama. Misalnya trend mode, make up,
pergaulan bebas, film dan bacaan porno, panti pijat, klub malam, bar, dan
lain-lain.[9]
Atau ada beberapa sebab dan faktor–faktor yang menyebabkan
terjadinya penyimpangan seksual, yaitu dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a.
Pengaruh
lingkungan keluarga.
Keluarga
merupakan unit sosial terkecil yang memberikan
pondasi primer bagi perkembangan anak. Perilaku menyimpang
bukan merupakan peristiwa heriditer, bukan merupakan warisan bawaan
sejak lahir, banyak bukti menyatakan bahwa tingkah laku asusila
dan kriminal orang tua serta anggota keluarga lainnya memberikan
dampak menular dan infeksius pada jiwa anak–anak.
pondasi primer bagi perkembangan anak. Perilaku menyimpang
bukan merupakan peristiwa heriditer, bukan merupakan warisan bawaan
sejak lahir, banyak bukti menyatakan bahwa tingkah laku asusila
dan kriminal orang tua serta anggota keluarga lainnya memberikan
dampak menular dan infeksius pada jiwa anak–anak.
Keluarga
merupakan sumber utama atau lingkungan yang
utama penyebab kenakalan remaja yang berupa penyimpangan seksual
pada remaja. Hal ini disebabkan karena anak itu hidup dan
berkembang permulaan sekali dari pergaulan keluarga yaitu hubungan
anak dengan anggota keluarga lain yang tinggal bersama–sama.
utama penyebab kenakalan remaja yang berupa penyimpangan seksual
pada remaja. Hal ini disebabkan karena anak itu hidup dan
berkembang permulaan sekali dari pergaulan keluarga yaitu hubungan
anak dengan anggota keluarga lain yang tinggal bersama–sama.
Kualitas
rumah tangga atau kehidupan keluarga jelas
memainkan peranan paling besar dalam membentuk kepribadian
remaja delinkuen. Baik buruknya struktur keluarga memberikan
dampak baik dan buruknya perkembangan jiwa dan jasmani anak,
faktor keluarga yang menyebabkan penyimpangan seksual pada
remaja. Penyebab timbulnya penyimpangan seksual remaja antara lain
adalah kurangnya pengetahuan dan pengertian orang tua tentang cara
pendidikan yang baik, banyak orang tua yang tidak memahami agama
yang dianutnya apalagi mengamalkannya. Sehingga ajaran agama
Islam itu praktis tidak dilaksanakan dalam kehidupan keluarganya.
memainkan peranan paling besar dalam membentuk kepribadian
remaja delinkuen. Baik buruknya struktur keluarga memberikan
dampak baik dan buruknya perkembangan jiwa dan jasmani anak,
faktor keluarga yang menyebabkan penyimpangan seksual pada
remaja. Penyebab timbulnya penyimpangan seksual remaja antara lain
adalah kurangnya pengetahuan dan pengertian orang tua tentang cara
pendidikan yang baik, banyak orang tua yang tidak memahami agama
yang dianutnya apalagi mengamalkannya. Sehingga ajaran agama
Islam itu praktis tidak dilaksanakan dalam kehidupan keluarganya.
a.
Penyebab
Lingkungan di Sekolah.
Kondisi
sekolah yang tidak menguntungkan juga
mempengaruhi terjadinya penyimpangan seksual . Kondisi tersebut
antara lain minimnya fasilitas ruang belajar sedangkan jumlah
muridnya banyak sehingga mereka harus berdesak – desakan duduk di
dalam kelas. Selanjutnya mereka harus mendengarkan pelajaran yang
tidak menarik minatnya karena sikap gurunya yang tidak simpatik dan
tidak menguasai metode pendidikan, sehingga anak–anak tidak
bergairah dalam belajar, selain itu adanya guru yang suka mengobyek
di luar sekolah, menyebabkan guru sering absent, menjadi suka
membolos, sering berkeliaran di pertokoan atau mall tanpa
pengawasan atau mengganggu murid lainnya yang sedang belajar.
mempengaruhi terjadinya penyimpangan seksual . Kondisi tersebut
antara lain minimnya fasilitas ruang belajar sedangkan jumlah
muridnya banyak sehingga mereka harus berdesak – desakan duduk di
dalam kelas. Selanjutnya mereka harus mendengarkan pelajaran yang
tidak menarik minatnya karena sikap gurunya yang tidak simpatik dan
tidak menguasai metode pendidikan, sehingga anak–anak tidak
bergairah dalam belajar, selain itu adanya guru yang suka mengobyek
di luar sekolah, menyebabkan guru sering absent, menjadi suka
membolos, sering berkeliaran di pertokoan atau mall tanpa
pengawasan atau mengganggu murid lainnya yang sedang belajar.
Kurikulum
selalu berubah–ubah tidak menentu, materi
pelajaran selalu ketinggalan zaman dan tidak sesuai dengan operasi
anak muda masa sekarang, anak merasa sangat dibatasi gerak–
geriknya dan merasa tertekan batinnya, kurang sekali kesempatan yang
diberikan oleh sekolah untuk melakukan ekspresi bebas, baik yang
bersifat fisik maupun psikis.
pelajaran selalu ketinggalan zaman dan tidak sesuai dengan operasi
anak muda masa sekarang, anak merasa sangat dibatasi gerak–
geriknya dan merasa tertekan batinnya, kurang sekali kesempatan yang
diberikan oleh sekolah untuk melakukan ekspresi bebas, baik yang
bersifat fisik maupun psikis.
Sebagai
akibatnya, anak jadi ikut–ikutan tidak mematuhi
semua aturan, ingin jadi bebas liar, mau berbuat semaunya sendiri,
menjadi agresif. Juga suka melakukan perbuatan yang tidak sesuai
dengan norma sosial di luar sekolah untuk melampiaskan kedongkolan
dan frustasinya.
semua aturan, ingin jadi bebas liar, mau berbuat semaunya sendiri,
menjadi agresif. Juga suka melakukan perbuatan yang tidak sesuai
dengan norma sosial di luar sekolah untuk melampiaskan kedongkolan
dan frustasinya.
Berdasarkan
uraian diatas, maka jelaslah bahwa betapa berat
pengaruh pendidikan sekolah dalam membentuk akhlak remaja baik
dalam kehidupan materi maupun kehidupan iman, etika dan spiritual
mereka.
pengaruh pendidikan sekolah dalam membentuk akhlak remaja baik
dalam kehidupan materi maupun kehidupan iman, etika dan spiritual
mereka.
b.
Pengaruh
Lingkungan Masyarakat.
Semakin
dewasa anak semakin banyak kesempatan mereka
bergaul dilingkungan masyarakat. Lingkungan sekitarnya tidak selalu
baik dan menguntungkan bagi pendidikan dalam perkembangan anak.
Lingkungan adakalanya dihuni oleh orang dewasa, serta anak–anak
muda kriminal dan anti sosial, yang bisa merangsang timbulnya reaksi
adolesens yang masih labil jiwanya, dengan begitu anak–anak remaja
ini mudah terjangkit oleh para kriminal dan asusila dan anti sosial tadi.
bergaul dilingkungan masyarakat. Lingkungan sekitarnya tidak selalu
baik dan menguntungkan bagi pendidikan dalam perkembangan anak.
Lingkungan adakalanya dihuni oleh orang dewasa, serta anak–anak
muda kriminal dan anti sosial, yang bisa merangsang timbulnya reaksi
adolesens yang masih labil jiwanya, dengan begitu anak–anak remaja
ini mudah terjangkit oleh para kriminal dan asusila dan anti sosial tadi.
Kelompok
orang dewasa dan asusila tersebut biasanya terdiri
atas gelandangan, tidak punya rumah dan pekerjaan yang tetap, malas
bekerja namun berambisi besar untuk hidup mewah dan bersenang–
senang.
atas gelandangan, tidak punya rumah dan pekerjaan yang tetap, malas
bekerja namun berambisi besar untuk hidup mewah dan bersenang–
senang.
Pola-pola
asusila ini sangat mudah menjalar pada remaja yang
tidak mempunyai motivasi untuk belajar dan meningkatkan
kepribadiannya, sehingga mereka lebih bergairah untuk melakukan
eksperimen dalam dunia hitam yang dianggap penuh misteri namun
sangat menarik keremajaan mereka.
tidak mempunyai motivasi untuk belajar dan meningkatkan
kepribadiannya, sehingga mereka lebih bergairah untuk melakukan
eksperimen dalam dunia hitam yang dianggap penuh misteri namun
sangat menarik keremajaan mereka.
a.
Bila
dianalisa lebih jauh ada beberapa faktor yang
mempengarui dan menentukan terjadinya kenakalan remaja, penyebab
kenakalan remaja pada dasarnya berasal dari dalam diri manusia itu
dan pengaruh lingkungan luar dirinya, diantaranya adalah :
Yang berasal dari remaja seperti kemungkinan tidak beriman atau
masih lemah imannya. Kurang tertanam jiwa beragama dan
aktivitasnya tidak tersalurkan, tidak mampu mengendalikan
dorongan hawa nafsunya dan gagal keinginan atau prestasi yang
diharapkan.
mempengarui dan menentukan terjadinya kenakalan remaja, penyebab
kenakalan remaja pada dasarnya berasal dari dalam diri manusia itu
dan pengaruh lingkungan luar dirinya, diantaranya adalah :
Yang berasal dari remaja seperti kemungkinan tidak beriman atau
masih lemah imannya. Kurang tertanam jiwa beragama dan
aktivitasnya tidak tersalurkan, tidak mampu mengendalikan
dorongan hawa nafsunya dan gagal keinginan atau prestasi yang
diharapkan.
b.
Yang
berasal dari pengaruh lingkungan (pengaruh luar) seperti
pengaruh–pengaruh lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di
sekolah dan pengaruh lingkungan pergaulan masyarakat, pengaruh
modernisasi.
pengaruh–pengaruh lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di
sekolah dan pengaruh lingkungan pergaulan masyarakat, pengaruh
modernisasi.
E. Contoh Kasus Penyimpangan Seksual (Pedophilia)
Seorang guru mengaji di Desa Wanaherang, Kecamatan Gunung Putri,
Bogor, Jawa Barat, Nana Suryana, 44 tahun, diringkus Satuan Reserse Kriminal
Kepolisian Sektor Gunung Putri. Pria paruh baya ini harus mendekam di penjara
karena diduga telah mencabuli 13 anak gadis dibawah umur, yang menjadi muridnya.
Menurut Kepala Satuan Resese Kriminal Kepolisian Resor Bogor, Ajun
Komisaris Imron Ermawan, pelaku melakukan perbuatan tidak terpuji tersebut di
kamar anaknya di Kampung Wanaherang Pasar, Desa Wana Herang, Kecamatan Gunung
Putri.
Saat diciduk dari rumahnya, Nana yang juga karyawan perusahaan
swasta tak bisa berkutik. Pelaku pasrah dan mengakui semua perbuatan bejatnya.
Bahkan, seorang korban yang kini duduk di kelas 3 sekolah menengah atas masih
dipaksa melayani nafsu binatangnya. Padahal, korban sudah dicabulinya sejak
berusia 8 tahun.
Semua korban yang berjumlah 13 orang, Imron menjelaskan, rata-rata
berusia antara 7-9 tahun. Usai mengaji anak yang mau dicabuli selalu diajak
pulang terakhir. Korban ditarik kedalam kamar anaknya. “Setelah dicabuli, pelaku
memberi korban uang sebesar Rp 2.000,” kata Imron di kantornya, Sabtu, 25
Agustus 2012.
Terungkapnya perbuatan cabul guru mengaji bejat ini bermula dari
laporan salah seorang keluarga korban, sebut saja namanya Bunga,9 tahun. Ibu
korban, Ir, 39 tahun, tanpa sengaja mendengar ungkapan anak bungsunya yang
sedang bertengkar dengan kakaknya, Bunga.
Ir berusaha melerai pertikaian antara kakak dan adik itu. Rupanya,
tindakan ibu kedua anak gadis tersebut dinilai tidak adil. Sang adik jengkel
karena ibunya dinilai selalu membela Bunga. “Nah adiknya ini lalu mengatakan
”kenapa kemarin kakak ditiduri guru ngaji ibu diam.” Dari sini ibu Bunga lalu
lapor dan pelaku kami tangkap,” kata Imron.
Keluarga korban membuat laporan polisi pada tanggal 22 Agustus
2012 lalu. Polisi langsung bergerak dan meringkus pelaku di rumahnya. Sementara
korban melakukan visum karena mengaku telah digagahi guru mengajinya. “Alat
vital pelaku masuk kedalam alat vital korban,” ujar Imron.
Kepada petugas, pelaku yang sudah beristri dan punya tiga anak itu
mengaku puas jika berhasil mencabuli anak didiknya. Perbuatan terkutuk yang
sudah berlangsung bertahun-tahun itu dilakukan Nana ketika anak dan istrinya
tak ada di rumah. Korbannya digagahi secara bergiliran. Para anak gadis ini tak
berani melapor karena takut dengan ancaman sang guru.
“Saya merasa kenikmatan lain usai berhubungan dengan anak-anak.
Ada satu anak yang sekarang sudah kelas 3 SMA, masih suka saya setubuhi,” kata
pelaku kepada penyidik. Atas perbuatannya, pelaku dijerat Pasal 81 dan 82 UU-RI
nomor 15 pidana penjara 15 tahun.
F.
Analisis Kasus
Kasus
diatas adalah salah satu contoh kasus penyimpangan seksual pedophilia.
Pedophilia merupakan salah satu bentuk penyimpangan seksual yang menjadikan
anak-anak dibawah umur sebagai objek bagi pemuasan seksual si pelaku. Pelaku
pedophilia (pedophil), menjerat korbannya (anak-anak) dengan cara memaksa,
merayu, mengancam, ataupun memberi imbalan, sehingga pelaku dapat melakukan
hubungan seks dengan anak.
Seperti
pada kasus di atas si pelaku memberikan uang sejumlah Rp. 2.000 kepada anak
yang sudah menjadi korban pemenuhan nafsu bejat si pelaku. Anak yang menjadi
sasaran pencabulannya selalu diajak pulang paling terakhir dan lalu anak
tersebut dipaksa masuk ke dalam kamar dan mulai lah si pelaku beraksi untuk
menjadikan anak tersebut ssebagai objek penyaluran nafsu birahinya. Si pelaku
merasa puas setelah mencabuli peserta didiknya tersebut.
Masyarakat
dihadapkan dengan masalah yang besar, sebab pedophilia sulit untuk diungkap karena
korban kurang berani mengungkapkannya dan memiliki rasa takut karena diancam
oleh si pelaku, dan pedophilia masih dianggap tabu dan aib jika diungkapkan,
sehingga akan lebih baik jika masyarakat dapat mencegah dan mengantisipasinya.
Pada kasus
di atas si pelaku sudah melakukan perbuatan keji ini selama bertahun-tahun
lamanya ketika sang istri dan anak-anaknya tidak berada dirumah. Ini sungguh
memilukan, pelaku yang berlatar belakang sebagai guru ngaji bisa melakukan
perbuatan keji seperti ini. Guru ngaji yang seharusnya memberikan contoh kepada
murid-muridnya tentang bagaimana menjadi umat Islam yang baik dan menuntun
semua murid-muridnya agar menjadi orang yang senantiasa taat beragama, tetapi
justru malah melakukan perbuatan yang sangat teramat keji demi untuk memuaskan
nafsu bejatnya tersebut.
Walaupun
kasus pedophilia di Indonesia tidak sebesar kasus pedophilia yang terjadi di
negara maju, tetapi kasus pedophilia yang terjadi sangat menghawatirkan, yaitu
dengan semakin bertambahnya jumlah kasus yang terjadi setiap tahun. Ada
beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab kasus pedophilia marak terjadi yaitu
:
a. Kondisi
lingkungan ekonomi Indonesia yang kurang kondusif
b. Kondisi
lingkungan keagamaan yang buruk, yaitu mulai pudarnya nilai-nilai keagamaan
dalam setiap individu. Dan seperti pada kasus diatas yang berkedok “guru ngaji”
tetapi justru malah pelaku pedhopilia.
c. Adanya
pengaruh adat timur di Indonesia (sosial-budaya), dimana tindak pedophilia
masih dianggap tabu jika diungkap, sehingga kebanyakan masyarakat memilih
menyimpannya rapat-rapat dibanding mengungkapkannya ke pihak berwajib.
d. Kurangnya
pemahaman masyarakat tentang perilaku menimpang pedophilia, sehingga kurang
tercipta tindakan pencegahan pedophilia dalam masyarakat.
e. Adanya
sistem kekerabatan yang erat di masyarakat Indonesia yang memudahkan seorang
pedophil masuk ke lingkungan pribadi masyarakat.
f. Kurangnya
peran media massa dalam pemberitaan (sosialisasi) kepada masyarakat mengenai
pedophilia.
Perilaku
menyimpang pada kasus ini menurut sosiologi merupakan penyimpangan sekunder
yaitu penyimpangan yang perbuatannya sudah tidak bisa lagi ditolerir oleh
masyarakat. Penyimpangan seksual pada kasus ini mungkin disebabkan karena
sebagai akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, karena ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam
kepribadiannya, seorang individu tidak mampu membedakan perilaku yang pantas
dan yang tidak pantas. Ini terjadi karena seseorang menjalani proses
sosialisasi yang tidak sempurna dimana agen-agen sosialisasi tidak mampu
menjalankan peran dan fungsinya dengan baik.
Jika di analysis dengan teori penyimpangan yaitu dengan teori
labeling maka kita dapat menganalsis kasus ini berdasarkan beberapa hal, yaitu:
a.
Dlihat
dari macam labeling, melakukan pendekatan dengan “melihat bagaimana dan mengapa
bisa memperoleh cap atau label “
·
Masyarakat
memberikan label atau cap buruk bagi seorang pelaku pedophilia, karena mereka
secara jelas melakukan penyimpangan seksual yaitu dengan menjadikan anak-anak
sebagai objek pemuasan nafsu bejat si pelaku. Maka sangat wajar bila masyarakat
akan melakukan pelabelan bagi mereka yang berperilaku menyimpang (pedhopil).
b.
Dilihat
dari asumsi dasar teori labeling menurut Schrag, pada point “tindakan
penangkapan merupakan awal dari proses labeling”
·
Penangkapan
Nana Suryana oleh Kepolisian Resor Bogor tentu akan mengundang perhatian
masyarakat. Hal ini pasti akan mengakibatkan banyak orang yang mengetahui bahwa
Nana telah melakukan penyimpangan seksual yaitu pedhophilia. Penangkapan yang
dilakukan oleh pihak Kepolisian tentu akan menimbulkan asumsi public bahwa Nana
adalah seorang penderita pedhopilia, dan cap itu akan melekat pada dirinya
sampai dia keluar dari penjara.
G. Penerapan Sosiologi dan Antropologi Pendidikan dalam Mengatasi
Penyimpangan Seksual.
Penerapan
sosiologi pendidikan dalam mengatasi penyimpangan seksual mungkin dengan adanya
pengendalian social. Metode-metode
pengendalian social yang dipakai dalam mengatasi penyimpangan seksual adalah
dengan metode preventif dan metode represif. Metode preventif lebih sulit
dilakukan karena harus benar-benar didasarkan pada penelitian yang sangat
mendalam tentang sebab-sebab terjadinya masalah sosial, sedangkan metode
represif dilakukan setelah suatu gejala dapat dipastikan sebagai masalah sosial
barulah diambil tindakan-tindakan untuk mengatasi masalah sosial itu. Dalam
mengatasi penyimpangan seksual diperlukan suatu kerja sama lintas ilmu
pengetahuan masyarakat bukan dari aspek sosiologis saja.
a.
Pengendalian Sosial dengan
metode preventif (sebelum terjadi penyimpangan) :
1)
Diadakannya penyuluhan kepada
masyarakat tentang tindakan-tindakan penyimpangan seksual sehingga terciptanya
tindakan pencegahan penyimpangan seksual dalam masyarakat.
2)
Diperbanyak lagi peran media
massa dalam pemberitaan atau sosialisasi kepada masyarakat mengenai berbagai
tindak penyimpangan seksual
3)
Diadakannya pendidikan seks,
pendidikan seks dimaksudkan sebagai suatu proses yang seharusnya terus menerus
dilakukan sejak anak masih kecil. Pendidikan seks harus dilakukan secara
bertahap. Pada permulaan pendidikan seks anak diberikan sex information dengan
cara diberikan penjelasan-penjelasan seksual yan sederhana dan informative. Hal
yang ingin dicapai dengan diadakannya pendidikan seks adalah supaya anak ketika
sampai pada usia remaja telah mempunyai sikap yang tepat dan wajar terhadap
seks.
4)
Ikut berperan sertanya orang
tua dalam semua kegiatan anak, maksudnya disini orang tua ikut memantau semua
kegiatan anak, memantau disini bukan berarti membatasi ruang lingkup atau
gerak-gerik anak tetapi lebih kepada pengawasan, karena orangtua memegang
peranan yang sangat penting atas kepribadian anak di masa mendatang, termasuk
terjadinya penyimpangan perilaku seksual.
5)
Lebih ditanamkannya
pendidikan agama kepada anak, kurang ditanamkannnya pendidikan agama juga bisa
menjadi salah satu penyebab terjadinya penyimpangan seksual. Pendidikan agama
dapat memberikan penguatan tersendiri untuk bertindak dan bertingkah laku
sesuai dengan kaidah-kaidah Islam yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Pendidikan
agama dapat memberikan benteng tersendiri agar tidak terjadinya perilaku
menyimpang, terutama perilaku menyimpang seksual.
b.
Pengendalian social dengan
metode represif (sesudah terjadi penyimpangan):
1)
Memberikan sanksi pidana
seberat mungkin kepada si pelaku penyimpangan seksual.
2)
Melakukan psikoterapi kepada
si pelaku dan terapi secara individual bisa dengan pemberian sanksi-sanksi atau
hukuman yang bisa memberikan efek jera dan penyembuhannya bukan hanya bagi
pelaku penyimpangan seksual saja tetapi juga harus dilakukan kepada komunitas
masyarakat sekitar, terapi yang dilakukan bagi komunitas bisa berupa penentuan
kebijakan-kebijakan tentang hal penyimpangan seksual.
3)
Melakukan rehabilitasi bagi
pelaku agar si pelaku bisa sembuh dan kembali normal.
Penerapan
Antropologi Pendidikan dalam mengatasi masalah penyimpangan social adalah
dengan cara menerapkan pendekatan teori antropologi pendidikan yang bersumber
dari antropologi budaya yang ditujukan bagi perubahan social budaya. Selain perubahan sosial, terjadi pula perubahan budaya. Kelompok
teori memandang perubahan budaya dibagi dalam tiga kategori, yaitu fungsional,
evolusioner dan sejarah. Disini ada kaitannya dengan kategori fungsional yaitu
memandang bahwa kebudayaan dengan bagian-bagiannya memiliki fungsi. Hubungan
antar bagian itu yang membentuk keteraturan.
Apabila salah satu tidak berfungsi, maka akan melahirkan disfungsi
sehingga akan mengganggu fungsi kebudayaan yang pada dasarnya menciptakan
keteraturan suatu masyarakat. Penyimpangan seksual itu disebabkan
ketidakseimbangan antara bagian-bagian yang memiliki fungsi sehingga tidak
membentuk keteraturan. Maka dari itu penerapannya adalah dengan membentuk
keteraturan diantara bagian-bagian tersebut.
H. Kesimpulan
Kesimpulannya untuk menyikapi masalah-masalah
penyimpangan seksual seperti dalam contoh kasus tersebut, kita semua dituntut
untuk memiliki ketahanan mental agar tidak mudah tergoda untuk melakukan
hal-hal yang tidak sewajarnya sehingga akhirnya menjadi menyimpang. Untuk
memperoleh ketahanan mental tersebut kita sudah diberikan acuan dan pedoman
berupa norma-norma agama, norma etika maupun norma sosial. Oleh sebab itu
berperilakulah yang normatif dalam arti bertingkahlaku mengikuti norma agama,
norma etika dan norma sosial yang berlaku. Dalam hal ini sosiologi dan
antropologi pendidikan ikut mengambil peran dalam mengatasi masalah penyimpangan
seksual dengan cara melakukan pengendalian social dengan metode represif dan
preventif serta dengan menggunakan pendekatan teori antropologi pendidikan
yang bersumber dari antropologi budaya yang ditujukan bagi perubahan social
budaya.
I. Daftar Pustaka
Chapln, J.P. Kamus
Lengkap biologi, terjemahan. Kartini Kartono. Jakarta:
PT
Raja Grafindo Persada. 2004.
Kartono, Kartini. Psikologi
Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung:
Mandar
Maju. 2007
Kartono, Kartini. PsIkologi
Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung:
Mandar
Maju. 1989.
Moti, Alu. Sebab
Terjadinya Penyimpangan Seksual.
(http://yumoti28.blogspot.com/2013/01/sebab-terjadinya-penyimpangan-seksual.html
accessed on May 4, 2014 01:19)
Pratikto, Nauval Tama. Pengetahuan:
Penyimpangan Seksual. (http://nauval-tama.blogspot.com/2012/11/pengetahuan-penyimpangan-seksual.html,
accessed on May 3, 2014 14:35)
Pusat Pembinaan Bahasa, Tim
Penyusun Kamus. kamus besar Bahasa
Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka. 1995.
Sunaryo. Psikologi untuk
Keperawatan. Jakarta: EGC, 2004
Tim Sosiologi. Sosiologi
1 (Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat). (akarta:
Yudhistira.
2007.
[1] Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas
Seksual, (Bandung: Mandar Maju, 2007), hlm. 227
[2] Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan Bahasa, kamus besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hlm. 488
[3] J.P. Chaplin, Kamus Lengkap biologi, terjemahan.
Kartini Kartono, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), cet. ke-9, hlm. 460
[4] Tim Sosiologi, Sosiologi 1 (Suatu Kajian Kehidupan
Masyarakat), (Jakarta: Yudhistira, 2007), hlm. 109
[5] Ibid. hlm. 110
[6] Sunaryo, Psikologi untuk Keperawatan, (Jakarta:
EGC, 2004), hlm. 244
[7] Nauval Tama Pratikto, Pengetahuan: Penyimpangan Seksual,
(http://nauval-tama.blogspot.com/2012/11/pengetahuan-penyimpangan-seksual.html, accessed on May 3, 2014 14:35)
[8] Kartini Kartono, PsIkologi Abnormal dan Abnormalitas
Seksual, (Bandung: Mandar Maju, 1989), hlm. 252
[9] Ma’ruf Asrori dan Anang Zamroni, Bimbingan Seka Islam,
(Surabaya: Pustaka Anda, 1997), cet. ke-1, hlm. 213
[10] Alu Moti, Sebab Terjadinya Penyimpangan Seksual, (http://yumoti28.blogspot.com/2013/01/sebab-terjadinya-penyimpangan-seksual.html accessed on May 4, 2014 01:19)
0 komentar:
Posting Komentar