Riska Hardiani
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
A. Pengertian Kurikulum Menurut Diknas
Pengertian Kurikulum menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 19 adalah “seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu”.
Makna pengertian kurikulum menurut diknas diatas:
·
ada
dua dimensi kurikulum menurut pengertian diatas, yang pertama adalah rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua
adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran
·
Kurikulum
merupakan suatu program yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Tujuan itulah yang dijadikan arah atau acuan segala kegiatan pendidikan yang
dijalankan. Berhasil atau tidaknya pengajaran di sekolah dapat diukur dari
seberapa jauh dan banyaknya pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Dalam setiap
kurikulum lembaga pendidikan pasti dicantumkan tujuan-tujuan pendidikan yang
akan dan harus dicapai oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan.
·
Isi
program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam
kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulumnya
seperti jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing
bidang studi tersebut. Isi kurikulumya harus tepat, sesuai dan bermakna bagi
perkembangan siswa, isi kurikulum juga harus mengandung bahan pelajaran yang
jelas dan dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
·
Bahan
pelajaran adalah bahan ajar yang akan diajarkan kepada para peserta didik.
·
Cara
yang digunakan adalah cara yang ditempuh dalam melaksanakan pengajaran seperti
pendekatan dan metode serta peralatan yang digunakan dalam pengajaran sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.
B. Empat Prinsip Belajar Menurut UNESCO
1.
Learning
to know (Belajar Mengetahui)
Maksud dari learning to know
adalah jadi jika kita belajar kita akan mengetahui sesuatu, dari awal yang
mulanya tidak tahu lalu akan menjadi tahu.
Contoh : Setiap
pagi berangkat sekolah, disekolah menerima pelajaran-pelajaran yang baru yang
membuat kita semakin mengetahui banyak hal. Atau misalnya pada awalnya kita
tidak tahu bagaimana mengoprasikan computer tetapi dengan adanya pelajaran
computer disekolah atau kursus-kursus computer kita akan menjadi tahu dan bisa
mengoprasikan computer.
2.
Learning
to do (Belajar Melakukan Sesuatu)
Learning to do maksudnya
setelah kita mengetahui hal-hal yang baru dari pembelajaran yang kita lakukan,
kita bisa melakukan sesuatu karya atau bentuk pekerjaan nyata dari ilmu yang
telah kita pelajari tersebut.
Contoh : Ketika kita bisa mengetahui bahwa semut akan mendekat ketika ada
gula atau benda-benda yang manis. Kita bisa berkarya untuk menciptakan sesuatu
agar semut tidak memasuki benda-benda yang manis tersebut.
3.
Learning
to live together (Belajar Hidup Bersama)
Learning to live together maksudnya
dengan kita mengetahui dan kita dapat melakukan sesuatu dari apa yang kita
pelajari, selanjutnya kita dapat melakukannya untuk diri kita sendiri dan juga
untuk orang lain yang ada di sekitar kita dan juga kita mampu bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleran terhadap
perbedaan.
Contoh : Sebagai
seorang yang berpendidikan tentu kita akan menghargai karya orang lain atau
ketika kita bisa melakukan banyak hal kita tidak sungkan-sungkan untuk berbagi
dengan orang lain.
4.
Learning
to be (Belajar menjadi sesuatu)
Learning to be ini maksudnya adalah setelah kita mengetahui, kita dapat
melakukan, kita dapat membaginya dengan orang lain, kita dapat membuat sesuatu
yang lebih baik. Baik itu bagi diri kita sendiri maupun orang lain.
C. Sejarah Kurikulum di Indonesia
1.
Kurikulum 1947
Kurikulum pertama pada
masa kemerdekaan namanya Rencana Pelajaran 1947. Ketika itu penyebutannya lebih
populer menggunakan leer plan (rencana pelajaran) ketimbang istilah curriculum
dalam bahasa Inggris. Rencana Pelajaran 1947 bersifat politis, yang tidak mau
lagi melihat dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum Belanda, yang
orientasi pendidikan dan pengajarannya ditujukan untuk kepentingan kolonialis
Belanda. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Situasi perpolitikan dengan
gejolak perang revolusi, maka Rencana Pelajaran 1947, baru diterapkan pada
tahun 1950. Oleh karena itu Rencana Pelajaran 1947 sering juga disebut
kurikulum 1950. Susunan Rencana Pelajaran 1947 sangat sederhana, hanya memuat
dua hal pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta
garis-garis besar pengajarannya.
Rencana Pelajaran 1947
lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat,
daripada pendidikan pikiran. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari,
perhatian terhadap kesenian, dan pendidikan jasmani. Mata pelajaran untuk
tingkat Sekolah Rakyat ada 16, khusus di Jawa, Sunda, dan Madura diberikan
bahasa daerah. Daftar pelajarannya adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah,
Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni
Suara, Pekerjaan Tangan, Pekerjaan Keputrian, Gerak Badan, Kebersihan dan
Kesehatan, Didikan Budi Pekerti, dan Pendidikan Agama. Pada awalnya pelajaran
agama diberikan mulai kelas IV, namun sejak 1951 agama juga diajarkan sejak
kelas 1.
Garis-garis besar
pengajaran pada saat itu menekankan pada cara guru mengajar dan cara murid
mempelajari. Misalnya, pelajaran bahasa mengajarkan bagaimana cara
bercakap-cakap, membaca, dan menulis. Ilmu Alam mengajarkan bagaimana proses
kejadian sehari-hari, bagaimana mempergunakan berbagai perkakas sederhana
(pompa, timbangan, manfaat bes berani), dan menyelidiki berbagai peristiwa
sehari-hari, misalnya mengapa lokomotif diisi air dan kayu, mengapa nelayan
melaut pada malam hari, dan bagaimana menyambung kabel listrik. Pada
perkembangannya, rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap pelajarannya, yang
dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata
pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata pelajaran”. Pada
masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6
tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan,
seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak tak mampu
sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.
2.
Kurikulum 1952
Setelah Rentjana
Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan.
Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini
sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan
sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Di
penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum
1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral
(Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang
studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan
jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
fungsional praktis.
3.
Kurikulum 1964
Usai tahun 1952,
menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di
Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran
kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan
pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana
yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata
pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani. Pendidikan dasar
lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
4.
Kurikulum 1968
Kurikulum 1968
merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan
struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
Dari segi tujuan
pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya
untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
5.
Kurikulum 1975
Kurikulum 1975
menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu. Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap
satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan
belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin
sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
Pada tahun ini
pengajaran matematika modern resminya dimulai. Model pembelajaran matematika
modern ini muncul karena adanya kemajuan teknologi. Di Amerika Serikat perasaan
adanya kekurangan orang-orang yang mampu menangani senjata, rudal dan roket
sangat sedikit, mendorong munculnya pembaharuan pembelajaran matematika.
W. Brownell
mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar bermakna dan
berpengertian. Teori Gestalt yang muncul sekitar tahun 1930, dimana Gestalt
menengaskan bahwa latihan hafal adalah sangat penting dalam pengajaran namun
diterapkan setelah tertanam pengertian pada siswa.
Dua hal tersebut di
atas memperngaruhi perkembangan pembelajaran matematika di Indonesia. Berbagai
kelemahan seolah nampak jelas, pembelajaran kurang menekankan pada pengertian,
kurang adanya kontinuitas, kurang merangsang anak untuk ingin tahu, dan lain
sebagainya. Ditambah lagi masyarakat dihadapkan pada kemajuan teknologi.
Akhirnya Pemerintah merancang program pembelajaran yang dapat menutupi
kelemanahn-kelemahan tersebut.
Muncullah kurikulum
1975 dimana matematika saat itu mempunyai karakteristik sebagai berikut.
1) Membuat
topik-topik dan pendekatan baru. Topik-topik baru yang muncul adalah himpunan,
statistik dan probabilitas, relasi, sistem numerasi kuno, penulisan lambang
bilangan non desimal.
2) Pembelajaran lebih
menekankan pembelajaran bermakna dan berpengertian dari pada hafalan dan
ketrampilan berhitung.
3) Program matematika
sekolah dasar dan sekolah menengah lebih kontinyu.
4) Pengenalan
penekanan pembelajaran pada struktur.
5) Programnya dapat
melayani kelompok anak-anak yang kemampuannya hetrogen.
6) Menggunakan bahasa
yang lebih tepat.
7) Pusat pengajaran
pada murid tidak pada guru.
8) Metode pembelajaran
menggunakan meode menemukan, memecahkan masalah dan teknik diskusi.
9) Pengajaran
matematika lebih hidup dan menarik.
6.
Kurikulum 1984 (Kurikulum CBSA)
Kurikulum 1984
mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi
faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975
yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Kurikulum 1984 ini
berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa
pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat
terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu,
sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan
adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
Pembelajaran
matematika pada era 1980-an merupakan gerakan revolusi matematika. Revolusi ini
diawali oleh kekhawatiran negara maju yang akan disusul oleh negara-negara
terbelakang saat itu, seperti Jerman barat, Jepang, Korea, dan Taiwan.
Pengajaran matematika ditandai oleh beberapa hal yaitu adanya kemajuan
teknologi muthakir seperti kalkulator dan komputer.
Perkembangan
matematika di luar negeri tersebut berpengaruh terhadap matematika dalam
negeri. Di dalam negeri, tahun 1984 pemerintah melaunching kurikulum baru,
yaitu kurikulum tahun 1984. Alasan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut
antara lain, adanya sarat materi, perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah
dari segi teknologi, adanya perbedaan kesenjangan antara program kurikulum di
satu pihak dan pelaksana sekolah serta kebutuhan lapangan dipihak lain, belum
sesuainya materi kurikulum dengan tarap kemampuan anak didik. Dan, CBSA (cara
belajar siswa aktif) menjadi karakter yang begitu melekat erat dalam kurikulum
tersebut. Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi materi aritmatika
sosial, sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti
komputer. Hal lain yang menjadi perhatian dalam kurikulum tersebut.
Langkah-langkah agar
pelaksanaan kurikulum berhasil adalah melakukan hal-hal sebagai berikut;
a.
Guru supaya meningkatkan profesinalisme
b.
Dalam buku paket harus dimasukkan kegiatan yang menggunakan kalkulator dan
computer
c.
Sinkronisasi dan kesinambungan pembelajaran dari sekolah dasar dan sekolah
lanjutan
d.
Pengevaluasian hasil pembelajaran
e.
Prinsip CBSA di pelihara terus
7.
Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat
sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan
Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini
berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari
sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya
dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi
siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran
menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan
pemecahan masalah.
Tahun 90-an kegiatan
olimpiade matematika internasional begitu marak. Sampai tahun 1977 saja sudah
19 kali diselenggarakan olimpiade matematika internasional. Saat itu Yugoslavia
menjadi tuan rumah pelaksanaan olimpiade, dan yang berhasil mendulang medali adalah
Amerika, Rusia, Inggris, Hongaria, dan Belanda.
Indonesia tidak
ketinggalan dalam pentas olimpiade tersebut namun jarang mendulang medali.
Keprihatinan tersebut diperparah dengan kondisi lulusan yang kurang siap dalam
kancah kehidupan. Para lulusan kurang mampu dalam menyelesaikan problem-problem
kehidupan dan lain sebagainya. Dengan dasar inilah pemerintah berusaha
mengembangkan kurikulum baru yang mampu membekali siswa berkaitan dengan
problem-solving kehidupan. Lahirlah kurikulum tahun 1994.
Dalam kurikulm tahun
1994, pembelajaran matematika mempunyai karakter yang khas, struktur materi
sudah disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak, materi keahlian seperti
komputer semakin mendalam, model-model pembelajaran matematika kehidupan
disajikan dalam berbagai pokok bahasan. Intinya pembelajaran matematika saat
itu mengedepankan tekstual materi namun tidak melupakan hal-hal kontekstual
yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi
sajian menarik disetiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan
pertimbangan agar siswa mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan yang
dihadapi sehari-hari.
8.
Kurikulum 2004 (KBK)
Kurikukum 2004 ini
lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pendidikan berbasis
kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan
(kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah
ditetapkan. Competency Based Education is education geared toward preparing
indivisuals to perform identified competencies (Scharg dalam Hamalik, 2000:
89). Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan
individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan.
Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi
sebagai pedoman pembelajaran.
Kurikulum Berbasis
Kompetensi berorientasi pada:
1.
Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui
serangkaian pengalaman belajar yang bermakna.
2.
Keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya. Tujuan yang
ingin dicapai menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal.
Tahun 2004 pemerintah
melaunching kurikulum baru dengan nama kurikulum berbasis kompetesi. Secara
khusus model pembelajaran matematika dalam kurikulum tersebut mempunyai tujuan
antara lain;
a.
Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkankesamaan, perbedaan,
konsistensi dan inkonsistensi
b.
Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat
prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
c.
Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
d.
Mengembangkan kemapuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan
antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, diagram, dalam menjelaskan
gagasan.
9.
Kurikulum 2006 (KTSP)
Kurikulum 2006 ini
dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Awal 2006
ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Tinjauan dari segi isi dan proses
pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi
tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol
adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai
dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini
disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar
kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap
satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi
pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian
merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan
supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.
0 komentar:
Posting Komentar