RISKA HARDIANI
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
A.
Sejarah Soisologi dan Antropologi
Pendidikan
1.
Sejarah Sosiologi Pendidikan
Sosiologi Pendidikan berawal dari ilmu sosiologi
umum atau sosiologi mikro (micro sociology) yang muncul pada abad ke-18. Ilmu
sosiologi mulai melepaskan diri dari ilmu filsafat dan berdiri sendiri sejak
abad ke-19. Istilah sosiologi pertama kali digunakan August Comte (1798-1857)
dalam bukunya Cour de Phillosophie Positive. Sosiologi berasal dari kata socious dan logos
. socious berasal dari bahasa Latin yang artinya teman dan logos berasal
dari bahasa Yunani yang artinya kata perkataan atau pembicaraan. [1]
Oleh
Comte, istilah sosiologi tersebut disarankan sebagai nama dari suatu disiplin
yang mempelajari ”masyarakat” secara ilmiah. Dalam hubungan ini, ia begitu
yakin bahwa dunia sosial juga ”berjalan mengikuti hukum-hukum tertentu” sebagaimana
halnya dunia fisik atau dunia alam.[2]
Berdasarkan
hal diatas, kita tahu bahwa Comte menyakini dunia sosial juga dipelajari dengan
metode yang sama sebagaimana digunakan untuk mempelajari dunia fisik atau
kealaman. Dan bidang kajian sosiologi pendidikan sendiri, berangkat dari
keinginan para sosiologi untuk meyumbangkan pemikirannya bagi pemecahan masalah
pendidikan. Dalam pandangan mereka, pada saat itu sosiologi pendidikan
diasosiakan dengan konsep ”Educational Sociology.” Dalam perkembangannya, pada
tahun 1914 sebanyak 16 lembaga pendidikan menyajikan mata kuliah ”Educational
Sociology”. Pada periode berikutnya, muncul berbagai buku yang memuat bahasan
mengenai ”Educational Sociology,” termasuk juga berbagai konsep tentang
hubungan antara sosiologi dengan pendidikan.
Selama
puluhan tahun pertama, perkembangan sosiologi pendidikan berjalan lamban.
Perkembangan signifikan sosiologi pendidikan ditandai dengan diangkatnya Sir
Fred Clarke sebagai Direktur Pendidikan Tinggi Kependidikan di London pada tahun
1937. Clarke menganggap sosiologi mampu menyumbangkan pemikiran bagi bidang
pendidikan. Sehubungan dengan penamaan sosiologi pendidikan, terdapat
perdebatan yang cukup tajam tentang penggunaan istilah-istilah yang digunakan
antara lain sociological approach to education, educational sociology of
education, atau the foundation. Pada akhirnya dipilih istilah sociology of
education dengan tekanan dan wilayah tekanannya pada proses sosiologis yang
berlangsung dalam lembaga pendidikan.
Adapun
perkembangan sosiologi di Indonesia diawali hanya sebagai ilmu pembantu belaka,
namun seiring timbulnya perguruan tinggi dana kesadaran bahwa sosiologi sangat
penting dalam menelaah masyarakat Indonesia yang sedang berkembang maka
sosiologi yang salah satunya adalah sosiologi pendidikan menempati tempat yang
penting dalam daftar kuliah di beberapa perguruan tinggi di seluruh Indonesia.[3]
2.
Sejarah Antropologi Pendidikan
Antropologi
pendidikan mulai menampakkan dirinya sebagai disiplin ilmu pada pertengahan
abad ke-20. Sejak saat itu, antropologi pendidikan berupaya menemukan pola
budaya belajar masyarakat (pedesaan dan perkotaan) yang dapat merubah perubahan
social. Demikian juga mengenai perwujudan kebudayaan, para ahli mengambil
kebijakan pendidikan yang berorientasi pada perubahan sosial budaya, mendapat
perhatian. Konferensi pendidikan antropologi yang berorientasi pada perubahan
sosial di Negara-negara baru khususnya melalui pendidikan persekolahan mulai
digelar. Hasil-hasil kajian pendidikan di persekolahan melalui antropologi
diterbitkan pada tahun 1954 dibawah redaksi G.D. Spindler (1963).[4]
Sejarah
tentang antropologi pendidikan tidak bisa kita pisahkan dari perkembangan ilmu
antropologi itu sendiri, karena antropologi pendidikan merupakan bagian dari
antropologi.
Seperti
halnya antropologi pada umumnya, antropologi pendidikan berusaha menyusun
genaralisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dalam rangka
memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia khususnya
dalam dunia pendidikan. Shomad (2009:1) menyatakan bahwa studi antropologi
pendidikan adalah spesialisasi yang termudah dalam antropologi. Setelah
dasawarsa tahun 60-an di Amerika Serikat semakin banyak diperlukan keahlian
dalam antropologi untuk meneliti masalah-masalah pendidikan, maka antropologi
pendidikan kemudian dianggap dapat berdiri sendiri sebagai cabang spesialisasi
antropologi yang resmi.
Di
Indonesia, sebagai negara yang sedang membangun, sangat diperlukan pengenalan
kondisi yang lebih baik dan lebih lengkap agar pembangunan yang diberlakukan
tidak menimbulkan kesenjangan dengan kondisi yang sejatinya. Antropologi
pendidikan sering sejalan dengan perkembangan tersebut. Dewasa ini antropologi
pendidikan sendiri atau bersama-sama dengan sosiologi pendidikan, menjadi mata
kuliah wajib di lembaga pendidikan tenaga kependidikan.[5]
B.
Pengertian Sosiologi dan Antropologi Pendidikan
1.
Pengertian Sosiologi Pendidikan
S.
Nasution menuturkan bahwa sosiologi pendidikan ialah ilmu yang berusaha untuk
mengetahui cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian
individu agar lebih baik. Ditinjau dari segi etimologinya, istilah sosiologi
pendidikan terdiri atas dua perkataan yaitu sosiologi dan pendidikan. Maka
jelas bahwa dalam sosiologi pendidikan yang menjadi masalah sentralnya adalah
aspek sosiologi dalam pendidikan. dalam pendidikan terdapat aspek-aspek
sosiologis karena situasi pendidikan dalah situasi hubungan dan pergaulan
social, yaitu hubungan social antara pendidik dengan anak didik, pendidik
dengan pendidik, anak-anak dengan anak-anak, tenaga administrasi dengan
pendidik, dan tenaga administrasi dengan anak-anak
Menurut
George Payne, yang kerap disebut bapak Sosiologi pendidikan, secara spesifik
memandang sosiologi pendidikan sebagai studi yang komprehensif tentang segala
aspek pendidikan dari segala segi ilmu yang dterapkan. Baginya, sosiologi
pendidikan tidak hanya meliputi segala sesuatu dalam bidang sosiologi yang
dapat dikenakan sosiologis. Adapun menurutnya adalah memberikan guru-guru, para
peneliti yang efektif dalam sosiologi yang dapat memberikan sumbangannya kepada
pemahaman yang lebih mendalam tentang pendidikan[6]
R.J.
Stalcup mengemukakan bahwa sociology of education merupakan suatu analisis
terhadap proses-proses sosiologis yang berlangsung dalam lembaga pendidikan.
Tekanan dan wilayah telaahnya pada lembaga pendidikan itu sendiri.[7]
Jadi
kesimpulannya sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek
pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan ataupun
aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan
sosiologis.
2.
Pengertian
Antropologi Pendidikan
Antropologi
berasal dari kata Yunani ”antrophos” yang berarti ”manusia” dan ”logos” yang
berarti ”ilmu”. Jadi antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang manusia sebagai makhluk masyarakat. Menurut R. Bedediet
(Harsojo,1984:1) perhatian ilmu pengetahuan ini ditujukan kepada sifat khusus
badaniah dan cara produksi tradisi serta nilai-nilai yang membuat pergaulan
hidup yang satu berbeda dari pergaulan hidup lainnya.
Antropologi
pendidikan merupakan sebuah kajian sistematik, tidak hanya mengenai praktek
pendidikan dalam perspektif budaya, tetapi juga tentang asumsi yang dipakai
antropologi terhadap pendidikan dan asumsi yang dicerminkan oleh
praktek-praktek pendidikan.
Menurut
Shomad (2009:1), antropologi pendidikan mengkaji penggunaan teori-teori dan
metode yang digunakan oleh para antropolog serta pengetahuan khususnya yang
berhubungan dengan kebutuhan manusia atau masyarakat. Dengan demikian,
antropologi pendidikan bukan menghasilkan ahli-ahli antropologi melainkan
menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang pendidikan melalui perspektif
antropologi.
Pendidikan
dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian kebudayaan
melalui lembaga informal tersebut dilakukan semenjak kecil di dalam lingkungan
keluarganya. Dalam masyarakat, pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar
dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan.[8]
Antropologi
pendidikan dihasilkan melalui teori khusus dan percobaan yang terpisah dengan
kajian yang sistematis mengenai praktek pendidikan dalam perspektif budaya,
sehingga antropologi menyimpulkan bahwa sekolah merupakan sebuah benda budaya
yang menjadi skema nilai-nilai dalam membimbing masyarakat.[9]
C. Ruang Lingkup dan Objek Kajian Sosiologi
dan Antropologi Pendidikan
1.
Ruang
Lingkup dan Objek Kajian Sosiologi Pendidikan
Dalam hubungan ini S. Nasution,
mengemukakan ruang lingkup sosiologi pendidikan meliputi pokok-pokok berikut
ini:
1.) hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam
masyarakat
a.
hubungan
pendidukan dengan sistem sosial atau struktur social
b.
hubungan
antara sistem pendidikan dengan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan
c.
fungsi
pendidikan dalam kebudayaan
d.
fungsi
sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial dan kultural atau usaha
mempertahankan status quo, dan
e.
fungsi
sistem pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, kultural dan
sebagainya
2.) hubungan antar manusia di dalam Sekolah
a.
hakikat
kebudayaan Sekolah sejauh ada perbeadaanya dengan kebudayaan diluar sekolah dan
b.
pola
interaksi sosial dan stuktur masyarakat Sekolah, yang antara lain meliputi
berbagai hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola kepemimpinan informal
yang terdapat dalam clique serta kelompok-kelompok murid lainnya.
3.) pengaruh Sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak disekolah
/ lembaga pendidikan
a.
peranan
sosial guru-guru / tenaga pendidikan
b.
hakikat
kepribadian guru / tenaga pendidikan
c.
pengaruh
kepribadian guru / tenaga kependidikan terhadap kelakuan anak / peserta didik,
dan
d.
fungsi
Sekolah / lembaga pendidikan dalam sosialisasi murid / peserta didik.
4.) hubungan lembaga pendidikan dalam masyarakat. Di sini dianalisis
pola-pola interaksi antara sekolah/ lembaga pendidikan dengan kelompok-kelompok
sosial lainnya dalam masyarakat di sekitar sekolah / lembaga
pendidikan. Hal yang termasuk dalam wilayah itu antara lain yaitu :
a.
Pengaruh
masyakarat atas organisasi Sekolah /lembaga pendidikan
b.
Analisis
proses pendidikan yang terdapat dalam sistem sosial dalam masyarakat luar
sekolah.
c.
Hubungan
antara Sekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan dan
d.
Faktor-faktor
demografi dan ekologi dalam masyarakat yang berkaitan dengan organisasi
Sekolah, yang perlu untuk memahami sistem pendidikan dalam masyarakat serta
integrasinya di dalam kehidupan masyarakat.[10]
Ruang
lingkup sosiologi pendidikan tersebut pada dasarnya untuk mempererat dan
meningkatkan tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi
pendidikan tidak akan keluar dari upaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi
pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri.
2.
Ruang
Lingkup dan Objek Kajian Antropologi Pendidikan
Shomad
(2009:3-4), menjelaskan implementasi pendidikan sebagai penyesuaian diri dengan
masyarakat, lingkungan dan kebudayaan sebagai bentuk ruang lingkup antroplogi
pendidikan berlangsung dalam proses:
a.
Proses
sosialisasi:
Proses ini dimulai sejak bayi baru lahir.
Bayi berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya, hingga terjadi komunikasi
timbal balik dan seterusnya hingga ia tumbuh dan berkembang.
Adapun
yang menjadi kajian dalam proses sosialisasi yaitu:
1.)
adanya
konflik oleh ketidakharmonisan antara keinginan pribadi, anak dengan tuntutan
norma dan aturan yang berlaku
2.)
perbedaan
status ekonomi dan letak geografis
b.
Proses
Enkulturasi
Enkulturasi,
artinya pembudayaan. Yang dimaksud adalah proses pembudayaan anak agar menjadi
manusia berbudaya.
Dalam
proses ini pranata, yaitu sistem norma atau aturan-aturan mengenai suatu
aktivitas masyarakat yang khusus. (Koentjaraningrat,1980:164).
Adapun
yang biasa menjadi kajian dalam proses ini, yaitu:
1.)
Perbedaan
jenis kelamin
2.)
Perbedaan
umum
3.)
Perbedaan/perubahan
status (inisiasi)
4.)
Proses
Internalisasi
Proses
internalisasi yaitu proses penerimaan dan menjadikan warisan sosial
(pengetahuan budaya) sebagai isi kepribadian yang dinyatakan dalam perilaku
sehari-hari selama hayat masih dikandung badan.
Dalam proses ini kita mendapatkan adanya perbedaan pada masing-masing individu berupa perbedaan kepribadian dan pengalaman.[11]
Dalam proses ini kita mendapatkan adanya perbedaan pada masing-masing individu berupa perbedaan kepribadian dan pengalaman.[11]
D. Tujuan Sosiologi dan Antropologi
Pendidikan
1.
Tujuan
Sosiologi Pendidikan
Tujuan Sosiologi Pendidikan adalah sebagai berikut:
a.
Sosiologi
Pendidikan bertujuan untuk menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam
keluarga, sekolah, maupun dalam masyarakat.
b.
Sosiologi
pendidikan bertujuan menganalisis perkembangan dan kemajuan social.
c.
Sosiologi
Pendidikan bertujuan menganalisis status pendidikan dalam masyarakat.
d.
Sosiologi
Pendidikan bertujuan menganalisais partisipasi orang terdidik/ berpendidikan
dalam kegiatan social.
e.
Sosiologi
pendidikan bertujuan membantu menentukan tujuan pendidikan
f.
Sosiologi
pendidikan bertujuan memberikan pengetahuan kepada pendidik dengan latihan yang
efektif dalam bidang sosiologi sehingga dapat memberikan sumbangan solusi
kepada masalah pendidikan.[12]
g.
Sosiologi
pendidikan bertujuan sebagai sosiologi terapan
2.
Tujuan
Antropologi Pendidikan
Tujuan Antropologi Pendidikan adalah sebagai berikut:
a.
Untuk mempelajari sejarah terjadinya dan perkembangan manusia
sebagai makhluk biologis.
b.
Untuk
mempelajari sejarah terjadinya berbagai bahasa manusia diseluruh dunia
dan penyebarannya.
c.
Untuk
mempelajari masalah terjadinya persebaran dan perkembangan berbagai kehidupan
diseluruh dunia.
d.
Untuk
mempelajari masalah dasar kebudayaan dalam kehidupan manusia dari suku-suku
bangsa yang tersebar dimuka bumi sampai sekarang.
3.
Keselarasan Tujuan Sosiologi dana
Antropologi Pendidikan
Objek kajian sosiologi adalah masyarakat, dan kita juga tahu
masyarakat sudah pasti berkebudayaan, namun perlu diingat antara masyarakat dan
kebudayaan tidak sama, tetapi berhubungan erat. Dalam hal ini masyarakat
menjadi kajian pokok sosiologi dan kebudayaan menjadi kajian pokok antropologi.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat lebih mendasar dan merupakan
tanah dimana kebudayaan itu berpijak.
Dari masing-masing tujuan pembelajaran sosiologi pendidikan dan
antropologi pendidikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari sosiologi-antropologi
pendidikan antara lain adalah agar kita :
a.
Dapat
melihat dengan jelas siapa diri kita, baik sebagai pribadi maupun anggota
kelompok atau masyarakat.
b.
Mampu
mengkaji tempat kita dalam masyarakat dan dapat melihat dunia atau budaya lain
yang belum kita ketahui sebelumnya.
c.
Semakin
memahami norma, tradisi, keyakinan, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat
lain.
d.
Lebih
tanggap, kritis dan rasional menghadapi gejala sosial masyarakat yang makin
kompleks [13]
[1] Abdullah Idi, SOSIOLOGI PENDIDIKAN: individu,
masyarakat dan pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011, cet. ke-1, hlm.
6)
[2] Faisal, Sanapiah dan Yasik, Nur. tt. Sosiologi
Pendidikan. (Surayaba: Usaha Nasional, hlm. 11)
[3] Surudin, sejarah,
pengertian dan ruang lingkup sosiologi antropologi pendidikan, (http://surudin.wordpress.com/, accessed on 29 March 2014, 01:37)
[4] Ulfia Rahmi, Antropologi Pendidikan, (http://tepenr06.wordpress.com/2012/09/02/antropologi-pendidikan/, accessed on 29 March
2014, 11:20)
[5] Surudin, loc. cit.
[6] S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2004, hlm. 4)
[7] Faisal, Sanapiah dan Yasik, Nur. Tt. op. cit. hlm. 39
[8] Surudin, loc. cit.
[9] Ulfia Rahmi, loc. cit.
[10] S. Nasution, op. cit. hlm. 6-7
[11] Surudin, loc. cit.
[12] Abdullah Idi, op. cit. hlm. 26
[13] Pramudya Yoga Ariyanto, Tujuan Sosiologi Antropologi Pendidikan,
(http://coretanseadanya.blogspot.com/2013/02/tujuan-sosio-antropologi-pendidikan.html, accessed on 29 March
2014, 11:26)
0 komentar:
Posting Komentar